Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Ambisi dan Kilah Pemerintahan Jokowi dalam Urusan Vaksin Covid-19

26 Oktober 2020   08:52 Diperbarui: 26 Oktober 2020   08:54 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keinginan menggebu Jokowi untuk segera mendapatkan vaksin Covid-19, bisa jadi mewakili perasaan seluruh warga dunia.

Virus Covid-19 sudah "memenjarakan" seluruh masyarakat dunia selama 9 bulan, hanya vaksin atau anti virus-lah yang mampu membebaskannya.

Persoalannya, melakukan penelitian untuk kemudian menemukan dan mengembangkan anti virus itu bukan perkara mudah. Anti Virus HIV saja yang mulai di teliti 30 tahun lalu sampai saat ini belum ditemukan.

Khusus bagi vaksin Covid-19 penelitian dan pengembangannya memang berjalan sangat masif serta dilakukan secara simultan oleh berbagai institusi farmasi di seluruh dunia.

Mulai dari Sinovac,  Sinophram, Astra Zameca, Johnson & Johnson, hingga Sputnik Rusia mereka semua berlomba menemukan vaksin Covid-19 yang efektif dan aman dengan memakai skema pembuatan vaksin yang berbeda-beda.

Saat ini hampir seluruh pengembangan vaksin sudah dalam fase uji coba ke-III atau tahap akhir. Artinya jika uji ke-III ini lolos terbukti efektif dan aman maka vaksin siap digunakan. 

Indonesia tampaknya terlihat begitu ambisius untuk segera dapat menggunakan vaksin ini. Bekerjasama dengan Bio Farma dan Lembaga virologi Universitas Padjajaran pemerintah melakukan pengujian vaksin tahap 3 yang dibuat oleh produsen vaksin asal China Sinovac kepada 1632 relawan di kota Bandung, yang hasilnya bisa diketahui awal Januari 2021.

Selain itu, Jokowi menugaskan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Menteri BUMN untuk mendapatkan vaksin dari berbagai negara antara lain Uni Emirat Arab, China dan Inggris dengan jumlah kurang lebih 300 juta dosis vaksin.

Kerja sama sudah ditandatangani  untuk itu meskipun uji kelayakan vaksin belum selesai dilakukan. Bahkan dengan lantang Jokowi dan jajarannya menyebutkan bahwa November 2020 ini vaksin segera akan disuntikan pada sebagian masyarakat Indonesia.

Hal ini kemudian banyak dipertamyakan oleh para ahli Epidemologi, lantaran menganggap vaksin tersebut validitasnya masih belum jelas.

30 juta vaksin produksi Sinovac sudah siap akan digunakan, namun tetiba  kabar buruk datang, Ahmad Yurianto mantan Juru Bicara Gugus Tugas Penanganan Covid-19 yang juga menjabat Direktur Jenderal Pencegahan dan Penyakit (Dirjen P2P) Kementerian Kesehatan menyatakan Memorandum of Understanding (MoU) antara Indonesia dengan Astra Zaneca Inggris dibatalkan karena sejumlah hal termasuk di dalamnya ada informasi bahwa salah satu relawan uji coba vaksin produk Astra Zaneca di Brasil meninggal dunia.

Padahal Indonesia telah memegang kontrak pengadaan 100 juta dosis seharga US$ 500 juta. Kemudian ia pun menambahkan informasi bahwa kontrak pengadaan vaksin lain pun akan dievaluasi, yang sudah pasti hanya 30 juta dosis vaksin dari Sinovac.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun