Artinya kita harus lebih berhati-hati dalam memilih dan memilah setiap orang yang akan kita masukan ke dalam list "calon pacar".
Banyak contoh yang menunjukan bagaimana seseorang diperdaya oleh orang yang baru dikenalnya di dunia maya, mulai dari yang mengincar harta benda hingga yang mengincar kehormatan.
Tetapi, bukan berarti juga di dunia nyata kemungkinan buruk itu tak pernah ada, mungkin bisa jadi lebih banyak. Hanya karena yang terekspos keluar kebanyakan cerita dari dunia maya, jadinya kencan online itu dianggap lebih rentan terhadap tipu daya.
Padahal menurut saya, yang lebih rentan terhadap tipu daya itu justru di dunia nyata, lantaran kita cenderung menjadi kurang aware terhadap kemungkinan tersebut karena kita sudah terlanjur percaya.
Berbeda ketika kita bertemu dan berkenalan dengan seseorang lewat aplikasi kencan online, dari awal secara mental kita sudah menyiapkan rambu-rambu untuk lebih aware terhadap berbagai kemungkinan buruk tersebut.
Menurut Psikolog Forensik dari Universitas Indonesia, Reza Indragiri Amriel, justru kejahatan yang terjadi, paling mungkin dilakukan oleh orang paling dekat dengan kita.
"Makanya masuk akal orang yang potensial menghabisi kita sesungguhnya bukan orang asing tapi orang yang kenal dekat dengan kita," ungkapnya.
Jadi menurut saya kencan online dalam konotasi positif, bukan kencan online untuk kegiatan esek-esek, itu tak perlu didegradasikan keberadaannya.
Justru aplikasi itu sangat membantu, tak sedikit juga mereka yang berkenalan lewat aplikasi perjodohan online, akhirnya menikah dan happy ever after. Semuanya tergantung niat awal kita.Â
Daripada memercayai pameo "kalau jodoh tak akan ke mana", lebih baik cobalah berkencan secara online. Namun tentu kita tetap harus waspada dan hati-hati dalam menjalaninya.
Percayalah jika kita keukeuh mempercayai pameo itu, jalan menuju kejomloan abadi bakal membentang.