September dengan isu PKI itu seperti gula dengan manisnya, ketika September tiba disitulah isu PKI muncul. Tentu saja tak perlu lagi diterangkan mengapa hal itu bisa terjadi, malam jahanam yang hanya terjadi semalam namun dampaknya hingga kini masih bisa kita rasakan.
Meskipun peristiwa yang menorehkan tinta hitam dalam lembaran sejarah Indonesia modern ini, oleh sejumlah pihak disebutkan tak hanya melibatkan PKI sebagai dalangnya.
Namun, faktanya  PKI memang terlibat dalam peristiwa yang telah menewaskan 6 perwira tinggi dan 1 perwira pertama Angkatan Darat tersebut.
Setidaknya PKI telah terlibat dalam 2 kali upaya makar terhadap Republik ini. Â Selain peristiwa G30S, PKI juga pernah melakukan tindakan "menusuk dari belakang" saat bangsa ini tengah berjuang menghadapi agresi militer Belanda pada tahun 1948, yang dikenal dengan sebutan Pemberontakan PKI Â di Madiun.
Meskipun saat itu pemberontakan tersebut berhasil dipadamkan, dan beberapa pentolan PKI terbunuh dan dihukum, tetapi PKI sebagai sebuah institusi tetap bisa bisa eksis, tak dijadikan sebagai partai terlarang.
Situasi darurat saat itu tak memungkinkan pemerintah Soekarno untuk melakukan tindakan eksesif terhadap PKI karena mereka lebih konsentrasi menghadapi agresi militer Belanda.
Dengan latar situasi itulah, kemudian PKI bisa melakukan konsolidasi yang memungkinkan mereka bisa bangkit kembali.Â
Bahkan dalam perjalanannya, PKI berkembang cukup pesat. Pada pemilu 1955 PKI masuk ke dalam 5 besar partai peraih suara terbanyak dengan 16 persen suara di bawah PNI yang meraih suara 22 persen, Masyumi 21 persen dan NU 18 persen.
Bahkan di daerah yang berbasis muslim pun seperti Sumatera Barat PKI cukup berkibar dengan raihan 7 persen suara.
Dari sinilah PKI kian percaya diri, apalagi kemudian Soekarno mencanangkan Kabinet Nasionalis, Agama dan Komunis atau yang lebih dikenal dengan Nasakom.
Angin sejarah saat itu memang sepertinya sedang memihak pada PKI, Masyumi dan PSI yang merupakan pesaing kuat PKI secara ideologi maupun  elektabilitas dibubarkan oleh Pemerintah Soekarno lantaran disebut terlibat dalam Pemberontakan PRRI di Sumbar, akibatnya kedudukan politik PKI kian menguat.
Konstelasi politik saat itu, menjadikan PKI menjadi salah satu kekuatan utama dari 3 pilar kekuatan politik nasional, selain militer dan Soekarno.