Dialah satu-satunya pengarang asal Indonesia yang masuk dalam nominasi hadiah Nobel Bidang Kesusasteraan, melalui Tetralogi novelnya yang ia tulis saat dalam tahanan politik di Pulau Buru.
Sepanjang karirnya sebagai seorang penulis ia telah menghasilkan 50 karya sastra dan sudah diterjemahkan ke dalam 42 bahasa.
Salah satu karyanya yang paling terkenal adalah Tetralogi Pulau Buru. Masing-masing bertajuk Bumi Manusia yang diterbitkan tahun 1980, Anak Semua Bangsa tahun 1981, Jejak Langkah tahun 1985, dan Rumah Kaca tahun 1988.
Keempat buku tersebut sempat dilarang peredarannya oleh Kejaksaan Agung pada masa Orde Baru. Jika kita ingin mendapatkan buku karya Pram saat itu seperti hendak membeli Narkoba, tak hati-hati bisa-bisa berakhir di jeruji penjara.
Namun setelah Rezim Orde Baru tumbang buku-buku karya Pram  mulai bebas beredar di Indonesia, kini kita dengan mudah mendapakan karya-karya tulisnya di toko-toko buku terkemuka, disetiap sudut Indonesia.
Bahkan salah satu bukunya baru-baru ini sudah diadaptasi ke dalam sebuah film berjudul Bumi dan Manusia yang digarap secara apik oleh Sutradara Hanung Bramantyo.
Pram yang dilahirkan di Blora Jawa Tengah, 6 Februari 1925, dari ayahnya yang seorang guru dan ibunya seorang penjual nasi. Ia mulai menulis saat dirinya bertugas di kelompok militer dalam menghadapi agresi Belanda.
Di sela-sela tugasnya ia menulis berbagai cerpen. Pram sempat merasakan dinginnya penjara untuk pertama kali pada tahun 1948, karena memprotes perlakukan diskriminatif terhadap etnis China, disanalah Pram mengasah kemampuannya menulis, banyak karya yang ia hasilkan saat dirinya di penjara tersebut.
Ia menikah dengan seorang perempuan bernama Maemunah yang merupakan keponakan dari Pahlawan Nasional Husni Thamrin, dan dikaruniai 8 orang anak yang 7 diantarnya perempuan.
Sejak keluar dari Pulau Buru ia sepenuhnya hidup dari royalti bukunya yang banyak diterbitkan di luar negeri. Dimasa tuanya ia masih terus menulis, terakhir ia menulis sebuah buku berjudul  Jalan Raya Pos, Jalan Deandels pada tahun 2005.
Setahun kemudian Pram menghembuskan nafas terakhir pada tanggal 30 April 2006 dalam usia 81 tahun karena radang paru-paru penyakit yang diakibatkan oleh kesenangannya merokok.
Jenazahnya dikuburkan di TPU Karet Bivak  Tanah Abang Jakarta Pusat.