Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hitam Putih Pramoedya Ananta Toer "Sang Algojo Lekra" dan Propaganda

27 September 2020   15:17 Diperbarui: 27 September 2020   15:47 948
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dialah satu-satunya pengarang asal Indonesia yang masuk dalam nominasi hadiah Nobel Bidang Kesusasteraan, melalui Tetralogi novelnya yang ia tulis saat dalam tahanan politik di Pulau Buru.

Sepanjang karirnya sebagai seorang penulis ia telah menghasilkan 50 karya sastra dan sudah diterjemahkan ke dalam 42 bahasa.

Salah satu karyanya yang paling terkenal adalah Tetralogi Pulau Buru. Masing-masing bertajuk Bumi Manusia yang diterbitkan tahun 1980, Anak Semua Bangsa tahun 1981, Jejak Langkah tahun 1985, dan Rumah Kaca tahun 1988.

Keempat buku tersebut sempat dilarang peredarannya oleh Kejaksaan Agung pada masa Orde Baru. Jika kita ingin mendapatkan buku karya Pram saat itu seperti hendak membeli Narkoba, tak hati-hati bisa-bisa berakhir di jeruji penjara.

Namun setelah Rezim Orde Baru tumbang buku-buku karya Pram  mulai bebas beredar di Indonesia, kini kita dengan mudah mendapakan karya-karya tulisnya di toko-toko buku terkemuka, disetiap sudut Indonesia.

Bahkan salah satu bukunya baru-baru ini sudah diadaptasi ke dalam sebuah film berjudul Bumi dan Manusia yang digarap secara apik oleh Sutradara Hanung Bramantyo.

Pram yang dilahirkan di Blora Jawa Tengah, 6 Februari 1925, dari ayahnya yang seorang guru dan ibunya seorang penjual nasi. Ia mulai menulis saat dirinya bertugas di kelompok militer dalam menghadapi agresi Belanda.

Di sela-sela tugasnya ia menulis berbagai cerpen. Pram sempat merasakan dinginnya penjara untuk pertama kali pada tahun 1948, karena memprotes perlakukan diskriminatif terhadap etnis China, disanalah Pram mengasah kemampuannya menulis, banyak karya yang ia hasilkan saat dirinya di penjara tersebut.

Ia menikah dengan seorang perempuan bernama Maemunah yang merupakan keponakan dari Pahlawan Nasional Husni Thamrin, dan dikaruniai 8 orang anak yang 7 diantarnya perempuan.

Sejak keluar dari Pulau Buru ia sepenuhnya hidup dari royalti bukunya yang banyak diterbitkan di luar negeri. Dimasa tuanya ia masih terus menulis, terakhir ia menulis sebuah buku berjudul  Jalan Raya Pos, Jalan Deandels pada tahun 2005.

Setahun kemudian Pram menghembuskan nafas terakhir pada tanggal 30 April 2006 dalam usia 81 tahun karena radang paru-paru penyakit yang diakibatkan oleh kesenangannya merokok.

Jenazahnya dikuburkan di TPU Karet Bivak  Tanah Abang Jakarta Pusat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun