Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hitam Putih Pramoedya Ananta Toer "Sang Algojo Lekra" dan Propaganda

27 September 2020   15:17 Diperbarui: 27 September 2020   15:47 948
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lantas Soemitro bertanya lagi "apa yang bisa saya bantu" ujarnya.

Pram saat itu meminta mesin ketik, kertas dan berbagai kamus Bahasa Perancis. Tak lama berselang mesin tik itu sampai ke tangan Pram.

Setahun kemudian pada tahun 1979 atas perintah Soemitro Pramudya Ananta Toer di bebaskan dari penjara Pulau Buru, meskipun ia masih dalam kondisi tahanan rumah dan seminggu sekali harus melapor ke Kodim.

Soemitro tahu mengenai Pram sebagai seorang sastrawan hebat saat ia berkunjung ke Eropa dan banyak pihak menanyakan keberadaan Pramoedya Ananta Toer yang mereka ketahui tengah di tahan.

Dari situlah Soemitro tahu bahwa  Pram merupakan seoramg sastrawan yang telah mendapat pengakuan diberbagai belahan dunia.

Namun demikian, meskipun masa sudah berganti waktu telah berlalu, perseteruannya dengan eks anggota Manikebu sepertinya tak pernah benar-benar selesai.

Saat Pram menerima anugerah dari Yayasan Ramon Magsaysay Filipina pada tahun 1995, dalam bidang jurnalistik, sastra, dan seni komunikasi kreatif karena karya -karya tulisnya dianggap mumpuni.

Namun ternyata anugerah pada Pram ini ditolak oleh sejumlah sastrawan, seniman, dan jurnalis diantaranya Taufik Ismail, HB Jassin, Moechtar Lubis, Asrul Sani, Rendra hingga Rosihan Anwar.

Mereka meminta pihak Yayasan Magsaysay,melihat dan tidak melupakan atas apa yang dilakukan Pram pada tahun 1960-an saat ia di Lekra. Saati itu Pram dianggap telah membungkam dan menghambat proses kreatif sastrawan dan seniman yang tergabung dalam Manikebu.

Pram sendiri tak memedulikan penolakan itu, karena ia menganggap masa lalu itu terjadi karena situasi politik yang terjadi saat itu.

Lpas dari noda masa lalunya dalam urusan politik, Pram yang memiliki nama asli Pramudya Ananta Mastoer memang seorang sastrawan besar negeri ini. Karya-karyanya mendapatkan kehormatan dalam khazanah kesusasteraan dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun