Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ada Najeela Shihab di Balik Mas Menteri Nadiem?

30 Juli 2020   11:22 Diperbarui: 30 Juli 2020   12:17 760
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Biduk Nadiem Anwar Makarim di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) kini tengah dihantam badai.

Walaupun belum jelas benar apakah ini badai Tornado yang bakal menghempaskankan biduk itu karam ke dasar lautan  atau hanya menggoyangkan biduk namun tetap bisa terus berlayar menuju dermaga harapan pendidikan.

Tapi yang jelas badai yang kini menerpa mas Menteri berpusat pada kebijakan yang ia buat sendiri. 

Selain masalah Program Organisasi Penggerak (POP) yang pelaksanaannya mendapat penolakan dari 3 organisasi besar yang dikenal banyak berkiprah dalam pendidikan di Indonesia yakni Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama (NU) dan PGRI.

Nadiem juga harus berhadapan dengan sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang tak kunjung beres pelaksanaannya dan masalah program unggulan Nadiem dalam membenahi Kemendikbud, Program Merdeka Belajar.

Masalah Merdeka Belajar ini sebenarnya adalah buah pikir dari bapak Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara, namun entah apa yang terjadi ternyata nama program serupa sudah dipatenkan penggunaannya oleh Sekolah Swasta Elit  PT. Sekolah Cikal milik Najeela Shihab.

Pendaftaran merk Merdeka Belajar sudah dilakukan Najeela jauh sebelum Nadiem menjadi Mendikbud, yakni pada 1 Maret 2018.

Merdeka Belajar seperti yang dikutip dari laman Pangkalan Data Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan HAM merupakan penamaan bagi bimbingan kejuruan, jasa pengajaran, hingga jasa penyelenggaraan taman belajar dan bermain.

Padahal oleh Nadiem, Program Merdeka Belajar dijadikan sebagai kerangka pengembangan kebijakan pendidikan  baik untuk tingkat dasar, menengah hingga pendidikan tinggi.

Bahkan POP yang kini menjadi polemik itu merupakan salah satu bagian dari Program Merdeka Belajar ini. Dengan kenyataan seperti ini sontak saja banyak pihak termasuk beberapa pemerhati dan praktisi pendidilan berpendapat bahwa Nadiem itu sejatinya tak memiliki buah pikir sendiri dalam mengembangkan pendidilkan di Indonesia.

Merdeka Belajar yang sepertinya dijadikan sebagai kerangka induk program-program di Kemendikbud hanya merupakan daur ulang tak original.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun