Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Jokowi, Gibran, dan Politik Dinasti, Legal but Not Ethic?

20 Juli 2020   08:39 Diperbarui: 21 Juli 2020   10:35 3290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gibran Rakabuming Raka memberikan keterangan kepada wartawan saat berada di kantor Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PDI Perjuangan, Solo, Jawa Tengah, Jumat (17/7/2020). Gibran Rakabuming Raka dan Teguh Prakosa resmi mendapat rekomendasi PDI Perjuangan untuk maju sebagai bakal calon wali kota dan wakil wali kota Solo pada Pilkada serentak Desember mendatang. (Sumber Foto: ANTARA FOTO/MOHAMMAD AYUDHA)

Namun dalam konteks kepala daerah, biasanya di daerah miskinlah politik dinasti itu tumbuh subur.

Dalam kasus Gibran dan Jokowi, jika Gibran melaju dan kemudian menang maka hal inj merupakan kejadian pertama di Indonesia dalam kurun waktu bersamaan ada anggota keluarga yang menjadi Presiden dan kepala daerah.

Seperti yang saya uraikan di atas kondisi ini sangat berpotensi menimbulkan konflik kepentingan. Baik dalam konotasi positif maupun negatif.

Bagi keluarga besar Jokowi, jika Gibran berhasil memimpin Solo dengan sangat baik, seperti halnya Jokowi saat menjadi Walikota, Gubernur  dan Presiden maka kans sangat besar politik dinasti keluarga Jokowi bakal makin moncer.

Dan siapapun dari keluarga Jokowi, jika nantinya akan ikut bertarung dalam kancah politik kekuasaan bakal bisa melaju dan terpilih dengan mudah.

Jika yang terjadi sebaliknya, selain dinasti politik tersebut akan hancur dengan sendirinya, dalam konteks Jokowi -Gibran,apalagi Jokowi sebagai Presiden akan sangat berbahaya bagi stabilitas politik secara nasional.

Karena apapun masalah Gibran sebagai Walikota akan diasosiasikan oleh masyarakat dengan Jokowi sebagai Presiden.

Apalagi faktanya haters Jokowi masih berjejer terus merapatkan barisan, seperti sedang menunggu Jokowi berbuat salah.

Begitu salah sedikit saja, mereka para haters yang kita tahu mereka itu siapa, akan mem blow-up kesalah tersebut sedemikian rupa menjadi tampak menjadi sebuah kesalahan tak terampuni.

Sekarang saja ketika proses pemilihan Gibran oleh PDIP melukai salah satu kadernya Achmad Purnomo yang tadinya akan dicalonkan PDIP sebagai Cawalkot Solo, pelan-pelan akan dijadikan senjata oleh mereka.

Apalagi seperti dilansir Kompas.com, Purnomo sempat dipanggil ke Istana untuk urusan Pilkada Solo 2020, yang kemudian terlihat  sepertinya Purnomo tidak puas dengan kondisi ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun