Surya kemudian melanjutkan utasnya di Twitter dengan pengalamannya setelah "turun blok". Di penjara biasanya seorang tahanan akan masuk ke blok yang berupa kamar-kamar setelah 1 bulan berada di Mapenaling.
Dan jangan salah untuk turun blok dan mendapatkan kamar itu juga butuh uang cukup besar, kamar-kamar seperti yang di tempati oleh para koruptor itu mungkin di penjara bisa dihargai ratusan juta.
Karena menurut utas Surya, butuh uang hingga jutaan untuk bisa menempati kamar, selain itu mereka juga harus membayar uang mingguan untuk makan mereka di kamar yang ditempatinya.
Memang ada ransum tapi yah makanannya sangat tak layak buat dimakan, makanya kemudian mereka memasak di dalam kamar tersebut.
Bagi mereka "orang ilang" tidurnya ya dilorong-lotong kamar dengan alas seadanya. Dalam utasnya tersebut Surya juga menyertakan foto-foto para napi yang tidur diloring tersebut.
Surya beserta kawan-kawannya dapat kamar yang dulu sempat ditempati oleh Freddy Budiman terpidana mati kasus narkoba.
Kamarnya tersebut merupakan "kamar apotik", kenapa disebut kamar apotik karena kamar itu merupakan tempat penjualan narkotika berjenis  sabu.
"Kami berlima di tempatkan di blok J sel kamar 18 (J18). Sel ini dijadikan 3 kamar. 1 kamar dibawah. 2 kamar di atas. Kamar atas belakang Dano itu adalah Kamar "Apotik", kamar penjualan Sabu. Petugas tahu soal ini. Heran kenapa kami ditempatkan di kamar J18 yg ada apotik sabu." Cuit Surya.
So, jadi penjara itu memang menjadi salah satu pasar besar bagi pengedaran Narkotika, dan hebatnya seperti diungkap Surya semua aktivitas tersebut atas sepengetahuan para sipir alias petugas penjara.
Ketika ada permasalahan pada infrastruktur kamar seperti listrik putus, atau ganti lampu para napi lah yang harus membayar itu semua.
Surya dan kawan-kawannya memang tak mengeluarkan uang mingguan karena ada tekanan dari kawan-kawan aktivisnya diluar, dan pihak pengelola penjara takut apa yang terjadi di dalam itu tersiar keluar walaupun akhirnya keluar juga kisah busuk kejadian di Rutan Salemba ini.