Pada masa Bani Abbasyiah, penerjemahan karya-karya ilmuwan Yunani ke dalam bahasa Arab mencapai puncaknya terutama yang berkaitan dengan ilmu falak.
Salah satu karya ilmuwan Yunani yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab tentang ilmu falak adalah karya Hipparchus yang berjudul The Introduction of Astronomy.
Selain karya-karya ilmuwan Yunani yang memperkaya khazanah intelektual muslim, beberapa ilmuwan dari India pun memberikan wawasan tertentu terkait ilmu falak ini.
Naskah tentang astronomi yang dibawa oleh para pengembara India ke Baghdad  yang berjudul Siddhanta, menjadi salah satu rujukan pengetahuan Ilmu falak bagi para ilmuwan muslim.
 Di Indonesia penentuan waktu beribadah dengan menggunakan ilmu falak, merupakan kombinasi antara rukyat dan hisab.
Menurut Ketua Tanfidziyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Robikin Emhas. Metodelogi Rukyat dan Hisab itu bersifat sinergis , keduanya saling melengkapi.
Hisab merupakan suatu metodelogi penentuan posisi dan ketinggian hilal melalui pendekatan ilmu falak. Selanjutnya, hasil hisab itu menjadi dasar  pelaksanaan rukyat.
"Ibarat penelitian, metode hisab itu boleh dibilang semacam library research, sedangkan ru'yat adalah field research," ujar Robikin. Seperti yang dilansir Republika.co.id.