Hilal mulai tampak, tanda bulan berganti dalam perhitungan kalender Komariah. Paling tidak ada 2 momen, hilal menjadi spotlight seluruh masyarakat Indonesia, saat Ramadan menjelang dan saat Idul Fitri tiba.
Untuk menetapkan kedua momen tersebut ada 2 metodelogi dalam menentukannya, yakni Hisab dan Rukyat.
Kedua metodelogi itu dipergunakan untuk menghitung dan melihat hilal, hilal sendiri secara harfiah berarti bulan sabit kecil yang terlihat tepat setelah matahari terbenam, di kaki langit sebelah barat.
Jika bulan sabit itu terlihat meskipun sangat tipis, maka sudah dapat dipastikan penanggalan baru akan terjadi setelahnya.
Makanya, Hilal ini merupakan unsur penting dalam penentuan kalender Islam. Penggunaan hilal ini ssjatinya mengacu pada dasar hukum tertinggi umat Islam Al Quran, Surat Yunus Ayat 5 yang artinya kurang lebih
"bahwa Tuhan menjadikan matahari dan bulan bercahaya agar umat bisa mengetahui bilangan tahun dan perhitungan waktu"
Dalam kondisi normal hilal bisa terlihat secara kasat mata atau melalui teropong. Namun seorang ahli hilal sejatinya harus memiliki keahlian Ilmu Falak.
Ilmu falak ialah ilmu astronomi Islam dan ilmu hisab yang secara matematis bisa menentukan posisi bulan dengan menghitung sudut tertentu.
Ilmu falak diperkenalkan pertama kali oleh Nabi Idris Alaihi Salam. Ia adalah orang pertama yang memperkenalkan perhitungan ini, walaupun masih sangat sederhana.
Dalam khazanah intelektual Islam klasik. Ilmu falak merupakan bentuk kemajuan peradaban Islam. Namun dalam perjalanannya ilmu falak hanya berkutat dengan kajian-kajian persoalan yang berkaitan dengan pelaksanaan ibadah seperti arah kiblat, awal waktu shalat, awal menentukan bulan Komariah dan Gerhana.
Ilmu falak dalam khazanah intelektual Islam berkembang setelah umat Islam mulai bersentuhan dengan dunia luar, seperti bangsa Yunani dan bangsa India.