Imbauan  Pemerintah seluruh dunia termasuk Pemerintah Indonesia untuk menjaga jarak interaksi sosial dan menghindari kerumunan untuk memutus mata rantai penyebaran virus SARS NCov-2 penyebab Covid-19, rupanya tak dianggap penting oleh sebagian pihak.
Imbauan untuk tetap berada dirumah, Belajar dari rumah, bekerja dari rumah, dan beribadah dirumah tanpa ada konsekuensi hukum rupanya dianggap sepi.
Imbauan untuk beribadah di rumah ini sama sekali tak ada urusannya dengan melarang orang untuk beribadah di Mesjid, Gereja, Vihara, atau Pura dengan dasar kebencian atau ketidaksukaan terhadap agama tertentu, semua itu dilakukan untuk menghindari kerumunan sehingga berpotensi menyebarkan virus Covid-19 yang kini sedang mewabah diseluruh dunia.
Pemerintah mengimbau itu karena mereka sayang terhadap warganya, sekali lagi ini tak terkait dengan agama apapun.
Dilalahnya orang yang disayangi nya seolah tak peduli dengan imbauan itu.Â
Penahbisan Uskup Ruteng masih saja terus dilaksanakan meskipun Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang juga ditugaskan mengkordinasi Gugus Tugas Penanggulangan Covid-19 sudah meminta untuk membatalkan kegiatan tersebut.
Dengan alasan sudah terlanjur direncanakan dan nantinya akan susah mengumpulkan kembali berbagai Uskup yang berasal dari seluruh Indonesia, acara itu tetap dilangsungkan dengan memodifikasi undangan dan mengikuti standar penanganan Covid-19.
Hal ini membuat banyak pihak kesal juga, karena mengumpulkan massa dalam jumlah banyak di saat penyebaran virus Covid-19 kian memuncak, itu merupakan tindakan yang tidak bijaksana dan membahayakan banyak orang.
Pihak ke Uskupan kemudian memintaa maaf dan kelihatannya mereka tak akan mengulang kegiatan pengumpulan massa lagi.
Kejadian serupa juga terjadi di Sulawesi Selatan, kali ini Jamaah Tablig menggelar kegiatan Ijtima Ulama se Dunia wilayah Asia, walaupun kemudian Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan berhasil membatalkan kegiatan tersebut, namun 8.000 orang sudah datang di Kabupaten Gowa, artinya ada kerumunan massa yang jumlahnya sangat banyak selama beberapa hari.
Kebayang kan potensi penyebaran Covid-19, apalagi mereka datang dari berbagai wilayah Indonesia dan yang lebih mencengangkan mereka datang dari 48 negara di Asia.