Semua orang tahu darimana itu bermula, di akhir Pemerintah Presiden Indonesia ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono, ketika Jokowi dan Ahok berpasangan untuk menduduki kursi Kepemimpinan di DKI.
Kemudian dalam Pilpres 2014 Jokowi-JK berhadapan dsngan Prabowo-Hatta, polarisasi politik mulai terjadi dengan sangat tajam.
Selain itu Kelompok agama Islam garis keras berperan sangat besar dalam polarisasi hingga saat ini. Penduduk Indonesia seolah terbelah menjadi 2.
Pendukung Jokowi dianalogikan sebagai nasionalis-sekuler sementara pendukung Prabowo di dukung oleh Islam garis keras yang kerap kali memakai agama sebagai alat untuk memengaruhi para calon pemilihnya.
Puncaknya Pilkada DKI Jakarta 2017 saat Basuki Tjahaja Purnama  alias Ahok yang sempat meneruskan masa jabatan Jokowi sebagai Gubernur DKI Jakarta karena Jokowi terpilih menjadi RI 1.
Kemudian semua tahu masalah penistaan agama digunakan oleh mereka hingga kemudian Ahok terjungkal masuk penjara setelah kalah dalam Pilkada melawan pasangan Anies-Sandi yang diusung oleh Partai Gerindra dan PKS.
Nah dari situlah  banjir itu kemudian menjadi komoditas politik seperti saat ini. Saat Ahok memimpin Jakarta banjir pun dipakai oleh para lawan politiknya untuk menyerangnya.
Tentunya kita masih ingat cuitan salah seorang Dai kondang asal Bandung, Aa Gym yang  merupakan pendukung Anies menyatakan banjir di Jakarta bisa jadi karena azab dari Allah karena Ahok.
Ya setelah Anies menjabat sebagai Gubernur balasan akan datang juga ketika mengalami situasi yang sama.
Selain masalah Politik, attitude Anies pun menjadi pangkal masalah ini. Politik asal beda dengan Ahok mempersulit kondisi ini.
Bagaimana Anies menafikan seluruh usaha Ahok dalam menata Jakarta untuk menanggulangi banjir. Program normalisasi sungai, ia ganti dengan naturalisasi sungai yang tak pernah ia kerjakan, bahkan konsep detilnya pun tak jelas.