Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Money

Kala Erick Thohir Misuh-Misuh Melihat Perusahaan BUMN Beranak Pinak

14 Desember 2019   08:49 Diperbarui: 14 Desember 2019   09:17 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu penanda sebuah perusahaan dikelola dengan seksama  dan maju ialah ketika keuntungan terus melambung, karyawan sejahtera, lapangan kerja tercipta lebih masif, dan perluasan kapasitas dengan menambah kantor cabang atau membuat anak usaha baru.

Awalnya anak usaha baru dibangun  untuk mendukung bisnis inti namun kemudian biasanya akan melebar kemana-mana, karena para pengelola perusahaan akan menangkap setiap peluang  yang melintas di depannya.

Mereka akan terus mengakumulasi modalnya untuk menghasilkan keuntungan berikutnya Mungkin kita bisa menganalogikan seperti amuba yang terus membelah diri.  Pada dasarnya begitulah alur cerita terbentuknya sebuah konglomerasi perusaahaan.

Perusahaan rokok Djarum misalnya, awalnya mereka hanya mendirikan pabrik pengolahan tembakau menjadi rokok, setelah berkembang untuk mendukung produksinya mereka mendirikan pabrik kertas pembungkus rokok.

Lantas untuk menunjang distribusinya mereka membuat perusahaan distributor, untuk mengamankan bahan baku mereka membeli perkebunan tembakau dan seterusnya, sampai akhirnya berkembang sangat besar.

Bahkan dalam perkembangannya mereka mendirikan atau membeli lini usaha baru diluar jalur bisnis intinya. 

Seperti mendirikan pabrik barang elektronik  yang juga kemudian melahirkan anak usaha. Bank BCA yang melahirkan anak usaha juga sama seperti perusahaannya yang lain.

Bukan cuma Djarum, mayoritas perusahaan -perusahaan dengan nama besar di Indonesia atau dimanapun di dunia ini selalu seperti ini. Sebut saja, Bakrie Brothers, CT Corps miliknya Chairul Tanjung, Indo Grup milik Anthony Salim, Mayapada Grup milik Tahrir dan banyak lagi yang lainnya. 

Kadang antara bisnis inti dan bisnis complementary yang dimiliki menjadi sumir. Karena diversifikasinya terlalu luas dan keuntungan bisnis tambahannya kadang lebih besar dibanding bisnis inti.

Memang naturenya sebuah usaha ya seperti itu, mereka akan terus mencari celah untuk mengalirkan modalnya untuk melipatkannya menjadi sebuah keuntungan. Itulah kapitalis.

Nah, lantas kenapa Erick Thohir harus misuh-misuh melihat kenyataan Pertamina  dan BUMN yang lain memiliki banyak anak cucu perusahaan?

Bukankah itu pertanda BUMN tersebut maju, yang efeknya memperluas pasar tenaga kerja dan ujungnya memberikan deviden bagi negara yang bisa dipergunakan untuk mensejahterakan rakyat.

Mari kita lihat niat pendirian BUMN melalui Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang BUMN.  Badan Usaha Milik Negara adalah badan usaha yang seluruhnya atau sebagian modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.

BUMN merupakan salah satu pelaku ekonomi dalam sistem perekonomian nasional, disamping badan usaha swasta dan koperasi.

Dalam menjalankan kegiatan usahanya, BUMN , swasta, dan koperasi melaksanakan peran saling mendukung berdasarkan demokrasi ekonomi.

Walaupun buat saya istilah demokrasi ekonomi menjadi terlalu luas dan sumir. Karena tak ada satupun penjelasan yang tunggal terkait hal ini.

Tapi sederhananya demokrasi ekonomi ialah kegiatan produksi yang dilakukan oleh semua unit, untuk semua, dan dibawah pimpinan atau kepemilikan oleh anggota-anggota masyarakat.

Diatas UU itu ada Pasal 33 UUD 45 , yang menyatakan bahwa kekayaan negara dikelola oleh negara yang sebesar-besarnya untuk kesejahteraan rakyat.

Jadi seharusnya perilaku BUMN itu berbeda dengan perusahaan-perusahaan swasta yang tujuannya meraih keuntungan semata, karena di BUMN ada fungsi sosial dan pemerataan kue pendapatan walaupun dalam waktu bersamaan mereka dituntut untuk mencetak profit.

Erick Thohir sebagai Menteri BUMN memang memiliki kewajiban untuk menyeimbangkan hal tersebut, walaupun saya belum melihat kejelasan sikapnya  atas dasar apa ia berniat merestrukturisasi anak cucu perusahaan BUMN itu.

Apakah orientasinya hanya karena untung rugi saja, atau lebih jauh dari itu artinya Erick mau mengembalikan BUMN ke niat awal pendiriannya dalam rangka saling mendukung antara swasta dan BUMN demi kemajuan perekonomian nasional.

Karena jika orientasinya untung rugi, ya mudah saja dilakukan tinggal due dillegence seluruh anak cucu perusahaan BUMN.  Rugi ya ditutup atau digabungkan jika untung tinggal benahi tata kelolanya.

Kecuali Erick mau mengubah tatanan dengan mempertajam fokus pada bisnis inti, dan memberikan peluang pada swasta untuk mengembangkan usahanya di sekitar BUMN. Seperti simbiosil mutualisma antara paus dan ikan-ikan kecil yang mengiringinya.

Misalnya BUMN  Pertamina yang memiliki 142 anak perusahaan, diantara  anak perusahaan tersebut adalah hotel dan penerbangan. Mereka mendirikan hotel awalnya untuk mengakomodasi karyawan mereka tugas ke berbagai daerah yang dalam perlembangannya kemudian menjadi hotel pada umumnya.

Demikian pula Pelita Air Service salah satu anak usaha Pertamina awalnya diperuntukan bagi transportasi karyawan Pertamina antar site yang letaknya dipedalaman dan Off Shore. Namun kemudian berkembang  menjadi perusahaan charter pesawat  bagi para kontraktor migas di tanah air.

Tapi akan lebih baik jika Menteri BUMN ini merestrukturisasi perusahaan berdasakan kedua hal tersebut, menjalankan fungsi kolaboratif dengan swasta sekaligus memangkas kerugian BUMN.

Semoga saja kedepannya BUMN bisa di dorong terus menjadi agen pertumbuhan ekonomi yang berujung kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun