Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kawin Cerai Garuda-Sriwijaya, Berujung Merana

2 Desember 2019   16:21 Diperbarui: 2 Desember 2019   16:29 589
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kawin cerai tak hanya menjadi drama kehidupan asmara ala FTV saja rupanya. Dunia korporasi pun mengalami hal yang sama, terbukti dari drama kawin cerai antara PT Garuda Indonesia Airways dengan PT Sriwijaya Air (Grup). Dua Grup Maskapai penerbangan nasional ini pernah sepakat memadu janji, berjanji se-iya se-kata untuk saling bekerjasama agar kedua belah pihak mendapatkan keuntungan, semacam simbiosis mutualisma.

Pasang surut hubungan antar Garuda dan Sriwijaya ini bermula dari tahu 2018 lalu. Saat Sriwijaya Air sedang dalam kondisi terhimpit hutang raksasa kepada beberapa kreditur yang sebagian besar diantaranya adalah perusahaan-perusahaan BUMN. Saat Sriwijaya di landa galau,tiba-tiba datang Garuda bagai pahlawan menawarkan bantuan agar Sriwijaya bisa terlepas dari lilitan hutang.

Saat itu, Garuda Indonesia Grup melalui PT Citilink Indonesia sebagai anak usahanya, menawarkan bantuan dengan cara mengambil alih operasional Sriwijaya air dan NAM air, hal itu dituangkan dalam bentuk Kerja Sama Operasi(KSO). Keduanya sepakat maka ditandanganilah KSO tersebut.

KSO itu dibuat dengan dasar Garuda melihat bahwa Keuangan Sriwijaya air saat itu tidak sehat, perlu dilakukan beberapa perbaikan terutama dalam masalah restrukturisasi beban hutang yang terus menumpuk.

Harapannya dengan dikelola oleh Garuda, maka kondisi Sriwijaya Air Grup akan membaik untuk kemudian pulih dan mampu bersaing di Industri Penerbangan yang saat ini memang sangat kompetitif.

Kerjasama antar keduanya sempat berjalan baik, selama kurang lebih 6 bulan. Keretakan antar kedua nya mulai terjadi saat PT.Citilink selaku pihak yang ditunjuk Garuda untuk melaksanakan Kerja Sama Operasi dengan Sriwijaya Air, pada tanggal 29 Spetember 2019 melayangkan gugatan dengan alasan bahwa pihak Sriwijaya Air melakukan wanprestasi atas KSO yang telah mereka tandatangani bersama.

Selain masalah gugatan itu, Pemegang Saham Sriwijaya Air Grup merombak jajaran direksinya tanpa sepengetahuan Garuda, dan Sriwijaya mendepak seluruh perwakilan Garuda di jajaran dewan direksi. Padahal salah satu klausul KSO itu adalah penempatan orang Garuda di dewan direksi.Kisruh pun tambah memanas.

Seperti membalas tindakan Sriwijaya Air, Garuda melalui anak usahanya yang lain PT Garuda Maintanance Fasilities (GMF), memutuskan kerjasamanya dengan Sriwijaya dalam pemeliharaan pesawat. Akibatnya Direktur Quality, Safety and Security PT Sriwijaya Air, Toto Soebandoro merekomendasikan untuk menghentikan seluruh operasional Sriwijaya Air dengan alasan, Sriwijaya tak memenuhi unsur-unsur keamanan penerbangan.

Kemudian Sriwijaya melakukan antisipasi agar operasional maskapai tak diberhentikan oleh Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKPU), Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan. 

Sriwijaya Air kemudian melakukan kerjasama line maintance dengan PT JAS Engineering dan PT Muladatu sebagai pemegang sertifikasi AMO 145. Selain  itu Sriwijaya pun, melakukan swa- line maintance dengan metode engineer on board sebanyak 50 orang engineering mereka siapkan.

Rupanya kisruh KSO antara Garuda dan Sriwijaya ini mulai terdengar oleh Kementerian Perhubungan dan Kementerian BUMN, melalui proses negosiasi bawah tanah mereka terus mencari solusi agar KSO ini bisa berjalan kembali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun