"Akhirnya, hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-Nya." (Ef. 6:10)
Kalau kita membeli sepatu, tentu kita membeli bukan hanya karena warna dan modelnya yang menarik. Kita juga berharap bahwa sepatu yang kita beli kuat, awet dan tahan lama.
Ketika kita membangun rumah, tentu kita membangun bukan saja menginginkan bentuk atau desainnya yang menarik, tetapi terutama kita berharap rumah yang kita bangun kuat dan kokoh. Sehingga kita aman saat menempatinya. Jangan sampai rumah yang kita tempati malah roboh atau ambruk sehingga membahayakan nyawa kita.
Demikian juga dengan Tuhan. Dia menghendaki kita menjadi orang-orang yang kuat secara rohani. Namun kekuatan kita secara rohani datang bukan dari dalam diri kita sendiri, tetapi karena kita ditopang oleh kuasa Allah yang tidak terbatas.
Isi Khotbah
Kekuatan rohani kita tidak dilihat dari bentuk fisik kita, tidak dilihat dari baju, benda-benda atau uang yang kita miliki. Simson adalah orang yang kekar secara fisik. Ia mampu mengalahkan 1.000 tentara musuh hanya dengan bersenjatakan rahang keledai. Namun ia tidak dapat menguasai diri, dan berulang kali jatuh dalam dosa seksual. Dalam pandangan Tuhan, Simson bukanlah orang yang kuat, tetapi orang yang lemah secara rohani.
Kalau begitu dari manakah Tuhan menilai bahwa kita kuat secara rohani?
1. Kita dipandang Tuhan kuat secara rohani kalau kita mampu mengatasi: penolakan, penghinaan dan kritik.
Banyak orang menjadi kecewa karena mereka ditolak, dihina atau dikritik. Tuhan Yesus memperingatkan kita bahwa hal-hal yang mengecewakan pasti akan datang. "Tetapi berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa." (Mat. 11:6).
Kita tidak bisa mengharapkan agar semua orang selalu setuju atau mendukung kita. Kita akan menghadapi perbedaan pendapat, bahkan kritik. Suami isteri pun tidak selalu sependapat tentang suatu hal. Demikian juga dalam pelayanan. Kita bisa berbeda pendapat bahkan dikritik.
Orang yang terlalu sensitif akan sangat mudah tersinggung, terluka, kecewa, marah apabila ada orang yang berbeda pendapat apalagi mengkritik. Perbedaan pendapat adalah kesempatan untuk kita melihat dari sudut pandang yang berbeda. Tetapi orang yang menyampaikan pendapat pun harus menyampaikan dengan sopan dan bukan dengan menyerang pribadi orangnya.