Mentalitas yang kita miliki sangat menentukan kemenangan kita dalam pelayanan. Mentalitas apa yang harus kita miliki pada saat kita melayani?
1. Mentalitas pemenang
Saul takut, ciut ketika menghadapi Goliat. Akhirnya ia bersembunyi dan ia menularkan ketakutannya kepada semua pasukannya.
Berbeda dengan Daud. Daud mempunyai mentalitas pemenang. Ia percaya bahwa Tuhan menyertai dia dan Tuhanlah yang sesungguhnya sedang berperang. Maka ia melawan Goliat dengan iman dan keberanian. Hasil akhirnya, Goliat ditumbangkan dan kemenangan Daud menginspirasi seluruh tentara untuk keluar dari penjara ketakutan mereka.
Mentalitas kita akan menular. Karena itu milikilah mentalitas pemenang dan bukan mentalitas pecundang. Mentalitas pemenang tidak mengabaikan fakta bahwa ada tantangan dalam pelayanan, tetapi percaya bahwa Allah menyertai, menolong, membela, membuka jalan, memelihara dan memberkati.
2. Beriman dan rela berkorban
Dibutuhkan iman dan pengorbanan pada saat kita melayani. Iman membuat dan kerelaan berkotban membuat kita tidak pernah menyerah.
Pelayanan tidak seperti orang yang sedang berdagang, tetapi seperti orang yang sedang menabur benih. Orang yang berdagang umumnya bisa memperkirakan berapa harga barang yang dibeli dan berapa keuntungan yang bisa dia dapat ketika menjual barang tersebut. Bila dia perkirakan akan ada untung, dia berani membelinya. Tetapi bila tidak, tentu dia tidak mau membelinya. Artinya: Seorang pedagang rela berkorban atau mengeluarkan uangnya, asalkan itu membuahkan keuntungan atau hasil yang pasti.
Kalau orang yang sedang menabur benih tidak kecewa kalaupun ada benih yang ia tabur tidak membuahkan hasil. Ia tidak pernah membiarkan tangannya beristirahat menaburkan benihnya, seperti yang dikatakan Pengkhotbah 11:6, berkata: "Taburkanlah benihmu pagi-pagi hari, dan janganlah memberi istirahat kepada tanganmu pada petang hari, karena engkau tidak mengetahui apakah ini atau itu yang akan berhasil, atau kedua-duanya sama baik."
Seringkali orang yang kita pikir sangat berprospek untuk diajak ke gereja dan bertobat, malah menolak dan sulit dimenangkan. Malah seringkali orang yang kita lihat hidup tidak senonoh, acuh tak acuh, kacau, malah orang inilah yang bertobat lebih dahulu. Â
Seperti orang yang sedang menabur benih, kadang dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk tanah tertentu baru menghasilkan tuaian.