Mohon tunggu...
Ferry Liwang
Ferry Liwang Mohon Tunggu... Dokter - Dokter

Tertarik pada bidang kesehatan, jurnalistik, dan musik

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Waspada Angka Stunting Meningkat Selama Pandemi COVID-19

22 Februari 2021   20:04 Diperbarui: 22 Februari 2021   20:12 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Pandemi COVID-19 berdampak pada seluruh lapisan target kesehatan, tidak terkecuali masalah stunting di Indonesia. Masalah stunting diprediksi akan meningkat selama dan setelah masa pandemi ini. Lebih lagi, di beberapa media menyebutkan Presiden Jokowi menargetkan angka stunting turun menjadi 14% di tahun 2024. Lantas, seperti apa langkah strategis pencegahan dan penanganan dalam menurunkan angka stunting di Indonesia?

Stunting sendiri merupakan salah satu target dunia yang tertuang dalam Sustainable Development Goals (SDGs), yaitu poin ke-2 (zero hunger) dan poin ke-3 (good health and well-being). Secara khusus tujuan 3.2 tertulis "By 2030, end preventable deaths of newborns and children under 5 years of age...". Stunting atau malnutrisi merupakan salah satu penyebab, baik langsung, maupun tidak langsung dari kematian balita. Selain itu, kondisi malnutrisi Indonesia cukup memprihatinkan dengan menyandang gelar triple burden of malnutrition, yaitu tingginya angka stunting, wasting, dan overweight. Angka stunting memperlihatkan tren penurunan dari 37,2% (Riskesdas 2013), 30,8% (Riskesdas 2018), hingga 27,7% (SSGBI 2019). Namun, angka tersebut masih jauh dari target dunia, yaitu penurunan 40% dari balita stunted pada tahun 2025. Selain itu, prevalensi stunting Indonesia juga tertinggi keempat di dunia (36% atau 8,8 balita stunting), setelah India, Pakistan, dan Nigeria. Di sisi lain, peningkatan angka obesitas di Indonesia kian pesat, yaitu dari 14,8% (Riskesdas 2013) menjadi 21,8% (Riskesdas 2018).

Sejatinya, stunting disebabkan akibat (1) asupan nutrisi yang tidak adekuat, sebagai akibat dari kemiskinan dan/atau ketidaktahuan pemenuhan nutrisi yang benar sejak dalam kandungan hingga usia 2 tahun, atau (2) kebutuhan nutrisi yang meningkat, umumnya akibat adanya penyakit, misalnya diare akibat sanitasi yang buruk, infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi, atau prematuritas, alergi makanan, dan lain-lain. Di samping itu, adaptasi kebiasaan baru saat pandemi COVID-19 juga memiliki dampak pada angka stunting, yaitu:

  1. Relokasi dan pemotongan anggaran yang dapat memengaruhi alokasi anggaran program dan kegiatan pencegahan stunting
  2. Hilangnya pekerjaan dan berkurangnya pendapatan: daya beli masyrakat berkurang sehingga akses makanan bergizi berkurang dan peningkatan angka kemiskinan
  3. Jaga jarak (social distancing) mengakibatkan terhentinya sementara layanan masyarakat, seperti kelas Bumil, BKB, PAUD, dll.
  4. Kenaikan harga pangan di beberapa sektor memperumit masalah ekonomi masyarakat

Intervensi sudah mulai dicanangkan pemerintah guna menanggulangi angka stunting yang dapat meningkat sebagai bonus dari pandemi ini, yaitu intervensi spesifik gizi  dengan pendekatan siklus hidup (1000 hari pertama kehidupan (HPK) + remaja) dengan upaya optimalitasi cakupan. Terdapat 5 pilar dalam intervensi konvergensi yang melibatkan beberapa kementerian dan institusi pemerintah terkait, yaitu:

  1. Komitmen dan visi kepemimpinan, 
  2. Kampanye nasional dan perubahan perilaku
  3. Konvergensi program pusat, daerah, dan desa
  4. Ketahanan pangan dan gizi
  5. Pemantauan dan evaluasi

Penurunan stunting ini memerlukan implementasi intervensi lintas sektor (spesifik dan sensitif) secara terintegrasi, baik di tingkat pusat, maupun tingkat daerah. Intervensi spesifik meliputi berbagai kelompok sasaran:

  1. Ibu hamil
    • Pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil dari kelompok miskin atau kurang energi kronik (KEK)
    • Suplementasi tablet tambah darah
    • Suplementasi kalsium
    • Pemeriksaan kehamilan secara rutin sesuai jadwal
    • Perlindungan malaria dan pencegahan HIV pada daerah endemis dan kelompok rentan
  2. Ibu menyusui dan anak 0-23 bulan
    • Promosi dan konseling menyusui, pemberian makan bayi dan anak (PMBA)
    • Tata laksana gizi buruk 
    • Pemberian makanan tambahan pemulihan bagi anak kurus
    • Pemantauan dan promosi pertumbuhan
    • Suplementasi vitamin A dan taburia
    • Imunisasi sesuai jadwal
    • Suplementasi zinc untuk anak diare
    • Manajemen terpadu balita sakit (MTBS)
    • Pencegahan kecacingan
  3. Remaja putri dan wanita usia subur
    • Suplementasi tablet tambah darah dan pemenuhan nutrisi yang cukup
  4. Anak 24-59 bulan
    • Tata laksana gizi buruk 
    • Pemberian makanan tambahan pemulihan bagi anak kurus
    • Pemantauan dan promosi pertumbuhan
    • Suplementasi vitamin A dan taburia
    • Imunisasi sesuai jadwal
    • Suplementasi zinc untuk anak diare
    • Manajemen terpadu balita sakit (MTBS)
    • Pencegahan kecacingan

Tidak hanya masalah kesehatan, tetapi juga masalah lain seperti air bersih dan sanitasi, bantuan pangan non-tunai, jaminan kesehatan nasional (JKN) harus dioptimalkan, pendidikan anak usia dini (PAUD), program keluarga harapan (PKH), bina keluarga balita (BKB), kawasan rumah pangan lestari (KRPL), serta fortifikasi pangan.

Hingga saat ini memang belum ada data nasional mengenai angka stunting setelah setahun pandemi melanda Indonesia, tetapi berbagai kondisi lapangan dipastikan dapat meningkatkan angka stunting tahun ini. Tidak perlu pesimis, tetapi harus menjadikan ini sebagai suatu tantangan untuk dapat dilalui bersama agar target angka stunting 14% di tahun 2024 dapat tercapai.

Referensi: 

  1. Global Nutrition Report, 2020
  2. Riskesdas 2013, Riskesdas 2018
  3. SSGBI 2019
  4. Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting, 2018-2024

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun