Mohon tunggu...
Ferry Ardiyanto Kurniawan
Ferry Ardiyanto Kurniawan Mohon Tunggu... Guru - Menulis itu bebas

Menulis untuk menguji kapasitas.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Elite Politik Duduk Manis, Rakyat Menangis

17 Januari 2020   15:09 Diperbarui: 17 Januari 2020   15:17 529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi rakyat. Foto: Tempo

Sebenarnya siapa mereka yang mengatasnamakan diri sebagai elite politik? Sehingga mereka sangat punya kuasa dalam menentukan segala hal yang menyangkut hidup orang banyak. Ya, elite politik adalah rakyat biasa juga awalnya, hanya saja mereka diberi kelebihan logistik untuk mendapatkan kekuasaan.

Lalu apa tujuan para elite begitu berambisi untuk duduk di kursi empuk? Ya seharusnya dasar dari ambisi tersebut adalah kesejahteraan untuk rakyat yang mereka ambil suaranya hanya dengan daftar list janji politik, yang mana janji tersebut tak pasti akan ditunaikan atau tidak.

Lantas rakyat mendapat apa setelah bersusah payah di lapangan untuk mendukung para elite mendapat kekuasaaan? Sebagian ada yang terciprat, tak sedikit juga yang menangis karna ketidakhadiran elite politik saat rakyat kesusahan. Ketika penggusuran, harga kebutuhan pokok naik, ketidakadilan atas penegakan hukum, atau perpecahan antar kelompok masyarakat.

Benarkah rakyat hanya menangis? Karna apa? Karna melihat tingkah laku para elite politik yang terkadang semena-mena memainkan amanahnya demi keuntungan pribadi. Rakyat awam melihat kontradiksi tersebut sangat sederhana, contohnya kenaikan BPJS yang cukup menyulitkan masyarakat kelas menengah ke bawah.

Setelah kenaikan BPJS, masyarakat kembali dikecewakan, karena belum lama luka bangsa ini sembuh atas bencana yang terjadi di mana-mana pada awal tahun kemarin, muncul kasus korupsi triliyunan dari suatu lembaga asuransi, dan hingga kini kasusnya belum selesai, karna uang yang hilang pun sangat banyak.

Kemudian dilanjutkan dengan kasus korupsi uang asuransi, muncul kasus suap yang menjerat politisi salah satu partai penguasa dan seorang komisioner KPU. Nilai suapnya lumayan fantastis, 900 juta untuk pergantian antar waktu (PAW) anggota DPR RI. Bukankah ini yang dinamakan permainan elite politik, sehingga yang menikmati duduk manis, sedangkan rakyat hanya menangis.

Padahal selama pemilu 2019, rakyat Indonesia sama-sama menyaksikan bagaimana pahitnya proses pemilihan di lapangan, bahkan hingga jatuh korban jiwa. Tak tergerak kah hati para elite untuk lebih meluruskan kembali tujuan mereka bahwa ada rakyat yang bergantung. Menunggu berbagai kebijakan yang dapat dirasakan langsung oleh rakyat Indonesia tak terkecuali.

Jangan sampai rasa ketidakpercayaan rakyat terhadap para pemimpinnya semakin terkikis. Bagaimanapun juga, kedaulatan tertinggi berada di tangan rakyat. Elite politik bekerja untuk rakyat, bukan untuk partai, kelompok tertentu, keluarga dan dirinya sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun