Mohon tunggu...
Ferry Ardiyanto Kurniawan
Ferry Ardiyanto Kurniawan Mohon Tunggu... Guru - Menulis itu bebas

Menulis untuk menguji kapasitas.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Nadiem Makarim Mendikbud, Bagaimana Wajah Pendidikan Indonesia Kelak?

24 Oktober 2019   01:11 Diperbarui: 25 Oktober 2019   09:03 996
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Dok. Antara Foto

Presiden dan Wakil Presiden Indonesia terpilih, Joko Widodo - Ma'ruf Amin telah mengumkan susunan kabinetnya pada Rabu (23/10/2019) di istana negara. Tampak wajah baru dalam kabinet Jokowi jilid 2 ini, mulai dari kalangan profesional sampai politikus. Namun ada beberapa nama yang mengejutkan publik, entah karena sosoknya yang fenomenal maupun rekam jejaknya.

Mulai Prabowo Subianto, Tito Karnavian, Fakhrul Razi, Wishnutama dan nama lainnya. Tapi ada satu nama yang tak kalah mengejutkan, yakni masuknya Nadiem Makarim, salah satu founder startup terkemuka di Indonesia, yakni Gojek. Mengapa tidak, Nadiem menempati posisi yang menurut saya cukup strategis, yaitu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, dan saya lebih tertarik membahas bagaimana peran Nadiem nantinya.

Jika kita lihat pada periode Jokowi maupun presiden sebelumnya, posisi Mendikbud biasanya ditempati oleh para intelektual atau yang memiliki jabatan di sebuah universitas, baik itu rektor atau majelis wali amanat. Sebut saja Muhadjir Effendy, Anies Baswedan, atau Mohammad Nuh, mereka semua berasal dari kampus atau sebelumnya memiliki pengalaman secara teknis dalam bidang pendidikan.

Saya tidak menyangkal kalau Nadiem pun merupakan seorang intelektual, bahkan pendidikan terakhirnya di Harvard University. Visinya mengenai pendidikan patut diperhitungkan. Namun saya melihat sosok Nadiem lebih kepada seorang pengusaha ekonomi kreatif atau pebisnis dengan basis digital.

Pernyataan saya soal kecenderungan Nadiem sebagai pebisnis didukung oleh pernyataannya yang disitat dari CNBC Indonesia (23/10/2019), "saya bukan dari sektor pendidikan tetapi saya lebih mengerti apa yang akan ada di masa depan kita karena saya bidangnya, bisnis saya di bidang masa depan untuk mengantisipasi masa depan."

Nadiem mengakui bahwa dirinya bukan dari sektor pendidikan, sehingga kita perlu mengawal dengan sungguh-sungguh bagaimana wajah pendidikan Indonesia kelak. 

Pada pernyataan yang lain Nadiem mengatakan bahwa bidang pendidikan penuh dengan tantangan. "Harapan saya ke depan adalah untuk menciptakan pendidikan berbasis kompetensi dan berbasis karakter, itu luar biasa penting untuk kita terutama berawal dari guru, dari sisi kapasitas dan kesejahteraan guru karena murid itu hanya bisa sebaik gurunya," jelas Nadiem, disitat dari CNBC Indonesia.

Isi keterangan Nadiem tersebut sedikit menyinggung mengenai kesejahteraan guru, pada bagian ini saya cukup optimis bahwa Nadiem setidaknya di awal mengeluarkan statement betapa pentingnya kapasitas dan masa depan guru. Namun nampaknya perkataan tersebut belum dapat sepenuhnya kita jadikan acuan.

Selain menyinggung soal tantangan pendidikan dan kesejahteraan guru, Nadiem pun mengeluarkan visinya yang juga arahan Presiden Jokowi mengenai link and match bidang pendidikan dengan kompetensi sumber daya manusia dalam bidang ketenagakerjaan. 

"Sekali lagi ini adalah visi Bapak Presiden bukan visi saja. Link and match itu adalah saya akan mencoba menyambung apa yang dilakukan institusi pendidikan menyambung apa yang dibutuhkan di luar institusi pendidikan agar bisa beradaptasi dengan segala perubahan itu," ujar Nadiem seperti dilansir oleh CNBC Indonesia.

Setelah melihat pernyataan tersebut, tentu kita kembali menerka gambaran orientasi pendidikan di tangan Nadiem berdasar arahan Presiden, yakni pendidikan yang bisa memenuhi kebutuhan pasar tenaga kerja.

Saya berpendapat bahwa konsen Nadiem tentunya lebih kepada daya saing sumber daya manusia di dunia kerja, sehingga nantinya kurang dalam membenahi sistem pendidikan atau meningkatkan kesejahteraan guru. 

Sebenarnya banyak problem pendidikan yang tidak Nadiem singgung, seperti kurikulum pendidikan Indonesia, akses pendidikan bagi anak-anak di pelosok, sarana dan prasarana sekolah di berbagai daerah, sistem zonasi yang kurang efektif di lapangan, atau penyaluran beasiswa yang belum merata.

Ditambah masalah guru honorer yang hingga kini belum tuntas, gaji yang sangat minim dan jaminan masa depan yang disediakan pemerintah baru sebatas rekrutmen ASN atau pengalokasian DAU untuk gaji guru honorer. 

Namun kembali kita harus meyakini bahwa seorang Nadiem Makarim tentu memiliki kapasitas, ia adalah tokoh muda yang sangat menginspirasi. Terbukti dengan terobosannya yang membuka lapangan pekerjaan hampir di seluruh wilayah Indonesia, bahkan sayap bisnisnya sudah sampai ke negara Asean lainnya. Tapi bidang pendidikan tidak sama dengan bisnis yang selama ini digeluti oleh Nadiem.

Pendidikan sejatinya bukan sektor komersil yang dapat dimanfaatkan oleh para pebisnis dalam meraup keuntungan. Bukan pula bertujuan mencetak "robot-robot" yang siap menghadapi mesin-mesin pabrik.

Harapannya kedepan Nadiem tidak melupakan bahwa sektor pendidikan masih banyak menyisakkan masalah. Tak cukup diselesaikan dengan hanya visi pemenuhan pasar tenaga kerja, lebih dari itu.

Rangkul para akademisi, relawan, dan aktivis pendidikan dalam merumuskan grand design pendidikan Indonesia secara komprehensif. Publik pasti yakin Nadiem sangat mampu untuk itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun