Mohon tunggu...
Fernandes Nato
Fernandes Nato Mohon Tunggu... Guru - Guru | Cricket Coach

Saya adalah seorang pendidik pada sebuah sekolah swasta di Jakarta. Semoga melalui tulisan dan berbagi gagasan di media ini kita dapat saling memberdayakan dan mencerahkan. Mari kita saling follow 'tuk perluas lingkar kebaikan. Salam Kenal.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Konferensi oleh Peserta Didik

17 Maret 2023   14:48 Diperbarui: 17 Maret 2023   14:50 459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Satu Kelompok Siswa menyiapkan presentasi Project dan sedang dipantau oleh guru. Sumber: Eksklusif.

"... mengapa kita tidak membagi raport seperti biasa saja, Pak? Saya tidak melihat dampak yang terlalu luar biasa dari Student Led Conferences (SLCs) ini dalam mempresentasikan perkembangan pembelajaran saya di sekolah." Demikian seorang siswa memberikan sebuah tanggapan yang serius kepada saya terait rencana pembagian raport term tiga (tengah semester 2) pada satuan pendidikan di tempat saya berkarya (belajar dan mengajar) dengan pendekatan yang tidak relatif baru tetapi membutuhkan persiaan dari siswa itu ssendiri. Siswa yang pada umumnya setelah asesmen sumatif langsung mengendorkan tensi belajar tetapi justru dihadapkan pada sebuah aktivitas untuk mempresentasikan diri dan pencapaian belajar mereka kepada orangtua dan guru kelas pada hari pembagian raport.

Gugatan siswa tersebut sontak membuat saya melakukan sebuah riset kecil dalam literatur terkait dasar pemikiran sehingga SLC menjadi metode yang digunakan sekolah atau satuan pendidikan dalam mempresentasikan raport kepada orangtua. Gugatan tersebut tentu saja datang dari salah seorang peserta didik yang cukup baik dalam hal akademik, cakap dalam mendrive dirinya pada hal-hal yang ia tuju dan juga memiliki laku baik secara sosial dan religius.

Student Led Conferences (SLCs) atau Konferensi oleh Peserta Didik (KPD) merupakan sebuah lanjutan dari proses belajar yang telah dilakukan oleh guru dimana peserta didik ditempatkan sebagai subjek utama dalam pembelajaran atau sebagai pusat dari kegiatan pembelajaran itu sendiri. Istilah peserta didik sebagai pusat dari kegiatan pembelajaran tersebut juga sering diketahui sebagai Student Learning Centered.

Apa pula Student Learning Centered itu? Agar memahami SLCs penting untuk memberi konteks tertentu sehingga menjadi mudah untuk dipahami yaitu Pembelajaran yang Berpusat pada Peserta Didi. Gagasan tentang pembelajaran yang berpusat pada peserta didik ini tentu saja bukan gagasan baru tetapi sejak sedia kala ketika John Dewey, Vigotsky, dan juga Piaget menggagas bahwa pembelajaran yang baik itu harus dialami melalui aktivitas yang dilakukan oleh siswa sendiri, learning by doing. 

Bahkan bila lebih jauh menelusur ke belakang pada era Yunani Kuno, Sokrates gurunya Platon, melalui metode pembidanan atau Dialektika Sokrates membangun dialog setara dengan para muridnya dalam 'melahirkan' pengetahuan. Murid harus meraskan bagaimana sakitnya melahirkan dan peran dari guru adalah sebagai bidan yang membidani atau menyemangati pesert didik yang dalam memproses hingga melahirkan atau mengkonstruksi pengetahuannya.

Pendekatan belajar berpusat pada siswa tersebut dapat dilakuan dengan metode Problem Based Learing, Project Based Learning, Case Based Learning. Metode-metode tersebut membuat siswa berada dalam pusaran kegiatan pembelajaran, mengalami belajar secara otentik dan juga mengetahui bagaimana cara keluar dari kemelut pun menghasilkan produk tertentu dari sebuah aktivitas belajar. Proses otentik yang menghasilakn pengalaman yang orisinil bagi siswa tersebut tentu saja membuat siswa memiliki daya berpikir kritis, kemampuan berkolaborasi, kreatif dalam pemecahan masalah, fasih dalam mengkomunikasikannya, dan juga memiliki kerendahan hati untuk terus belajar dan memperkuat daya nalar, terampil dalam pemecahan masalah serta memiliki prilaku unggul (merujuk pada skill abad 21: 4Cs)

Dalam proses belajar berbasis pada peserta didik tersebut tersebut lalu dimana posisi guru? Dalam hal ini guru menjadi manager dan juga designer kegiatan pembelajaran sehingga memungkinkan keterlibatan siswa secara penuh. Guru juga melakukan rancangan terhadap monitoring kegiatan pembelajaran bila itu berbasis project atau problem atau Case. Melakukan asesmen formatif selama proses pendampingan dan juga melakukan asesmen sumatif diakhir pembelajaran untuk mengukur (pengangkaan) ketercapaian tujuan pembelajaran tersebut.

Dari proses tersebut lalu kita dapat memahami mengapa kemudian pembagian raport juga berbasis pada siswa atau siswa mempresentasikan hasil pembelajarannya atau pengalaman belajaranya. Bahwa belajar itu tentu bukan saja tentang hasil yang tercetak mantap pada raport tetapi juga tentang bagaimana proses dalam pembelajaran sehingga terkuantifikasi seperti hasil dalam raport tersebut. Peserta didik harus mampu menjelaskan semua hal tersebut secara jelas kepada orangtua melalui sebuah konferensi yang dipimpin oleh pesert didik sendiri.  

Student Led conferences (SLCs)

Demi terlaksana secara baiknya kegiatan SLCs, ada tiga hal penting yang harus dipahami oleh guru, orangtua, dan yang berkepentingan :

  •  Kepemilikan, Tanggung Jawab, dan Keterlibatan siswa: Ketika siswa merefleksikan pengalaman mereka di sekolah, merayakan kekuatan, dan mengidentifikasi area untuk bertumbuh dengan orang dewasa yang peduli dengan mereka, mereka mengambil
    kepemilikan (ownership) pembelajaran mereka. Mereka juga lebih cenderung tetap di jalur dan peduli dengan kualitas kinerja mereka.
  • Keterlibatan Keluarga. SLCs membantu keluarga memahami apa yang dihargai sekolah dan pembelajaran apa di sekolah yang telah dialami oleh peserta didik. Bagi Orang tua yang mungkin menghindari menghadiri konferensi orang tua-guru, dengan asumsi itu semua akan menjadi berita buruk dan mungkin remeh-temeh, datanglah ke konferensi yang dipimpin siswa atau anak Anda, yang mengarah pada keterlibatan keluarga yang lebih besar dalam keberhasilan belajar dan tentu menjadi kebanggaan bagi sekolah.
  • Ekuitas. SLCs memberikan celah kepada orangtua, guru, dan yang berkepentingan untuk melihat ke dalam pengalaman setiap siswa yang unik. Peserta didik berkesempatan  untuk meminta dukungan yang mereka butuhkan. Bagi guru dan orang tua untuk memastikan kebutuhan tersebut terpenuhi.

Agar pelaksanaan SLCs ini berlangsung dengan baik dan bermutu maka penting untuk mempersiapkan beberapa hal ini secara matang seperti:

  • Persiapkan jadwal dan menyampaikan keapda keluarga. Dalam era digital ini penyampaian dapat dilakukan melalui grup chat sekaligus mengisi form jadwal yang cocok bagi maisng-masing keluarga atau orangtua untuk hadir dalam SLCs tersebut. Lalu menyediakan waktu 15-30 menit bagi masing-masing siswa untuk melakukan konferensi. Pastikan suasan yang kondusif agar peserta didik mampu mempresentasikan dirinya dengan baik.
  • Menyiapkan Siswa. Agar prsentasinya berlangsung dengan baik saat bersama orangtua maka siswa perlu dipersiaka, media yang digunakan saat presentasi baik itu PPT juga portofolio pencapaian pembelajaran oleh siswa bersangukutan. Ada beberapa hal penting  dan tahapan yang harus dipersiapakan oleh siswa: 
    • Diawali oleh guru kelas membuka SLCs dan mempersilahkan siswa mempresentasikan diri.
    • Mulai dengan pembukaan 
    • Menjelaskan terkait pembelajaran apa saja yang telah dipelajari sejauh ini?
    • Tujuan dan keterampilan pembelajaran apa yang telah saya capai sejauh ini?
    • Pekerjaan apa yang menunjukkan bukti pembelajaran atau keterampilan baru saya?
    • Tujuan dan keterampilan pembelajaran apa yang masih saya kerjakan?
    • Bagaimana keluarga dan guru  dapat membantu saya mencapai tujuan pembelajaran saya?
    • Lalu, bagaimana evaluasi kinerja pembelajaran secara keseluruhan (baik dari aspek pengajar dan juga pesert didik sendiri)?
    • Penutup dan disertai tanggapan oleh orangtua siswa.
  • Membiarkan Siswa memimpin Konferensi. Mengingat tujuan dari SLCs ini sebagai media untuk melatih siswa untuk mengkomunikasikan sesuatu atau hasil belajarnya maka penting agar guru dan orangtua tidak menjadi dominan tetapi lebih pada menyimak dan menanggapi dengan beberapa pertanyaan terbuka seperti;
    • Apa lagi yangdapat kamu bagikan?
    • Apa yang Anda pelajari dari pengalaman itu?
    • Apa tujuan pembelajaran baru yang Anda miliki? 
    • Keterampilan apa yang ingin Anda pelajari?
    • Bagaimana saya dapat mendukung Anda dalam mencapai tujuan Anda?
  • Membuat Refleksi. Agar pengalaman belajar yang otentik tersebut dapat menjadi pembelajaran bagi banyak orang maka penting bagi siswa bersangkutan untuk membuat sebuah refleksi singkat dan dibagikan kepada publik melalui jurnal, berbagi dalam kelompok, atau juga dapat dilakukan melalui diskusi di dalam kelas secara klasikal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun