Anak adalah harapan kedua orang tua, harapan bangsa dan Negara. Dengan demikian ditangan merekalah tertitip semua harapan masa depan ini. Oleh karena itu, anak harus dibimbing, dididik dan diajar sebaik-baik mungkin secara bersama-sama untuk mencapai harapan tersebut.
Tentu orang tualah yang bertindak sebagai pendidik dan pembimbing yang lebih awal bertugas dalam hal itu. Orang tua yang dimaksud adalah yang melahirkan anak tersebut. Selain itu, ada juga yang diasebut dengan orang tua angkat dan orang tua pendidik(guru di sekolah). Pondasi dari proses pembimbingan dan pendidikan itu dimulai pada ketiga orang tua anak tersebut.
Orang tua yang dimaksud adalah terutama orang tua yang melahirkan yang tinggal di rumah. Mulai proses pergerakan bolak balik tubuh kiri kanan, duduk, berdiri, berjalan sampai berlari dituntun aktif dari Ibu. Kemudian ajakan untuk berbicara mulai sebut apa dan siapa. Begitupula cara makan minum dan seterusnya. Kesemuanya tidak terlepas dari bimbingan dan didikan orang tua.
Proses pendidikan yang diberikan oleh kedua orang tua, tidak secara tertulis sebagaimana halnya pendidikan yang diperoleh di bangku sekolah. Proses pendidikan dari orang tua berbasis keteladanan dan peragaan. Meskipun orang tua tidak menyadari bahwa apa yang dilakukan itu adalah pondasi awal dari seluruh cikal bakal kepintara dan pembentukan karakter dan keperibadian anaknya. Ketelatenan orang tua tidak dibatasi oleh waktu, juga tidak berdasar roster dan tidak ada jeda, karena hubungan berintraksi dan tatap muka berlangsung setiap saat. Dengan demikian peluang untuk meniru dan meneladani orang tua sangat besar.Â
Di dalam al-Qur’an digambarkan ada empat posisi anak, meskipun keempat itu hanya diorientasikan pada kedua orang tua yang mengandungnya. Akan tetapi bangsa dan Negara juga menitip harapan terhadap anak, maka posisinya sama dengan kedua orang tua.
Keempat posisi anak tersebut, yang dimaksud itu adalah:
1. Anak sebagai perhiasan hidup ( Zinah al-hayat )
Sebagaimana yang digambarkan dalam QS:18 al-Kahfi 46 yang artinya :
"Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan."
2. Anak sebagai fitnah (ujian)
Sebagaimana yang disampaikan oleh Allah dalam Q. S . 8 aL-Anfal :28 yang artinya :
"Dan Ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar."