Mohon tunggu...
Ferdi Setiawan
Ferdi Setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - خذ ما صفا واترك ما كدر

Sedang menggeluti kajian ilmu syariat, filsafat, bahasa arab, dan self-development

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Ritus-ritus Kebahagiaan

17 Februari 2020   18:37 Diperbarui: 25 November 2020   12:13 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semasa hidup, ketiganya adalah seorang filsuf yang juga seorang guru. Dengan begitu, jelaslah bahwa mereka memiliki murid. Dari murid-murid mereka inilah kemudian berbagai ide dan gagasan yang pernah mereka ciptakan berkembang. Aktifitas olah pikiran yang berlangsung di Yunani ini rupanya membuat mereka menjadi bangsa yang dikenal dunia. 

Bahkan, sejarah mencatat bahwa ada satu masa dimana masyarakat dunia banyak berperilaku seperti orang Yunani, berbicara dengan bahasa mereka dan berlaku dengan budaya mereka. Periode ini yang berlangsung selama kira-kira 300 tahun, dikenal dengan Helenisme. Karakter dari filsafat helenistik adalah selalu berusaha untuk mengatasi masalah-masalah yang dikemukakan oleh Socatres, Plato, dan Aristoteles. 

Ciri umum dari filsafat tersebut adalah menemukan cara bagaimana untuk menjalani kehidupan dan menghadapi kematian sebaik mungkin. Tekanan terbesar diberikan pada upaya menemukan apakah kebahagiaan itu dan bagaimana mencapainya. Setidaknya ada empat aliran filsafat Helenistik yang memiliki ide dan kiat-kiat yang berbeda.

Kita mulai dengan Kaum Sinis atau Sinisme

Konon, suatu hari Socrates sedang memandangi sebuah kedai yang menjual berbagai barang, kemudian ia berujar, "Betapa banyak benda yang tidak aku butuhkan!". Ungkapan ini bisa jadi merupakan moto dari aliran filsafat ini.   

Kaum Sinis adalah satu dari aliran filsafat Helenistik yang dipelopori oleh Antisthenes di Athena sekitar 400 SM. Warna yang menjadi ciri dari filsafat ini adalah bahwa kebahagiaan tidak terletak pada kelebihan materi, kekuasaan, dan atau popularitas. Dan karena kebahagiaan tidak terletak pada hal-hal seperti disebutkan, maka semua orang dapat mencapainya. 

Jadi, kecenderungan mayoritas manusia saat ini yang bergantung kepada materi dan popularitas merupakan arus balik terhadap aliran ini. Bagi mereka, kebahagiaan sejati terletak pada sesuatu yang tidak mengambang, fundamental dan sederhana. Bahkan kata sederhana disini mungkin melampaui makna sederhana yang kebanyakan orang pahami. Paradigma mereka yang anti-mainstream akan kesederhanaan membuat orang-orang memandangnya dengan aneh. Bagaimana bisa?

Salah satu tokoh terbesar dari  kalangan ini ialah Diogenes, seorang filsuf dari Sinope yang hidup di dalam sebuah tong di tengah kota Athena. Siapapun dapat menyaksikan kesehariannya. Makan, minum, tidur, buang air, berjemur, melamun. Pakaiannya adalah dua helai kain yang hanya cukup untuk menutupi sebagian tubuhnya. 

Diogenes tidak memiliki apa pun kecuali sebuah mantel, tongkat dan kantong roti. Maka cukup sulit untuk merenggut kebahagiaan darinya. Kisah yang paling masyhur tentangnya ialah ketika Alexander Agung, Raja Macedonia saat itu menghampiri Athena untuk melihat filsuf besar ini. saat tu, Diogenes sedang berjemur, lalu Alexander Agung bertanya, "Apakah ada yang bisa aku lakukan untukmu?". Lalu ia menjawab, "Ya. Menyingkirlah! Kau menghalangi matahari". Dengan demikian, Diogenes telah membuktikan bahwasanya ia tidak kalah bahagia dibandingkan dengan pria agung di hadapannya.

Mereka juga beranggapan bahwa kebahagiaan tidak terletak pada kesehatan yang baik. Hal ini tidak berarti mengharuskan mereka untuk selalu berada pada keadaan tubuh yang tidak sehat, melainkan lebih kepada ketidakpedulian terhadap kesehatan itu sendiri. Dengan begitu, tidak ada lagi kekhawatiran pada diri mereka akan sebuah penyakit. Begitu juga dengan penderitaan dan kematian tidak boleh menggangu mereka.

Lantas, mengapa mereka dinamakan Kaum Sinis?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun