Mohon tunggu...
Ferdinandes Edison Doku Bani
Ferdinandes Edison Doku Bani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Yakin Hidup Sukses

Alumni S1 & S2 Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Rusia Sebelum Revolusi

30 Juli 2020   13:24 Diperbarui: 30 Juli 2020   13:19 1224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rusia sebelum Revolusi dikangkangi oleh rejim kerajaan atau rezim feodal yang dipimpin oleh Tsar kurang lebih hampir 400 tahun memerintah. Di bawah pemerintahan Tsar, kaum tani, buruh menanggung kesengsaraan yang cukup mengenaskan dan tak tertanggungkan. 

Sejarah Rusia dipenuhi dengan ledakan-ledakan pemberontakan, dan cerita-cerita penumpasan yang berdarah-darah akibat penindasan dan penderitaan yang terjadi terhadap kaum tertindas Rusia. 

Pada abad ke-19, terjadi industrialisasi besar-besaran di Rusia, gedung-gedung dibangun dalam waktu yang cukup pesat. Kaum Proletariat Rusia yang jumlahnya ribuan terlempar di dalam pabrik-pabrik. Dan Kondisi kerja kaum Proletariat dipabrik-pabrik sangat buruk karena kapitalisme ingin meraup keuntungan secara besar-besaran. Pada tahun tersebut gerakan perlawananpun terjadi dan serikat-serikat buruh bermunculan bahkan terjadi gerakan pemogokan dipabrik-pabrik. 

Kemudian pada tahun 1883 berdirilah sebuah organisasi Marxis yakni Kelompok Emansipasi Buruh yang pada saat itu hanya beranggotakan hanya 5 orang, kerja organisasi yang dilakukan pada saat awal-awal berdirinya adalah kerja teori dimana 5 orang tersebut menanam benih-benih Marxisme di seluruh tanah Rusia dan menerjemahkan karya-karya Marx dan Engels. Hal ini dilakukan sebagai kerja persiapan, sama halnya jika kita membangun sebuah rumah, kita harus membangun fondasi terlebih dahulu yang kokoh dan kuat agar rumah yang kita bangun tidak cepat roboh atau rusak bila dihantam angin atau badai.

Alhasil, Kerja teori yang dilakukan kurang lebih sepuluh tahun berhasil menarik perhatian Kaum buruh dan dengan antusias mengikuti tulisan-tulisan Marxis yang dihasilkan oleh Kelompok Emansipasi Buruh, dan menjadikan Marxisme sebagai senjata ideologi . 

Kaum buruh sangat paham bahwa tidak cukup hanya membangun organisasi perjuangan ekonomi (Serikat Buruh), tapi mereka juga harus membangun sebuah organisasi perjuangan politik (Partai). Kemudian pada tahun 1898, terbentuklah sebuah Partai Marxis yakni Partai Buruh Sosial Demokratik Rusia (PBSDR). Kemudian dalam sejarah kepemimpinan PBSDR, ditemui pemimpin atau tokoh Revolusioner Rusia pada 1917 seperti Lenin dan Trotsky.

Partai Marxis ini dalam sejarah perjalanannya pecah menjadi dua kelompok yang pertama kelompok Bolshevik dan kelompok Menshevik.  Kelompok Bolshevik sangat berpegang teguh pada gagasan sosialisme, sehingga pada tahun 1917 Revolusi Oktober mampu menumbangkan kapitalisme. Sedangkan kelompok Menshevik ikut terjerumus ke dalam paham reformisme dan juga menentang Revolusi Oktober.

Partai Bolshevik adalah sebuah partai pelopor revolusioner yang  mampu menghimpun seluruh lapisan kaum buruh. Partai ini semua anggotanya tidak hanya sekedar menjadi aktivis yang pintar orasi dan turun ke jalan, tapi terutama menjadi anggota partai dan  pemimpin politik yang snagat memahami teori Marxisme. Pendidikan teori merupakan program kerja Partai yang sangat penting, karena tanpa teori revolusioner maka tidak akan mungkin ada gerakan revolusioner.

Supaya bisa membangun sebuah fondasi teori yang kokoh dan kuat, maka dibutuhkanlah sebuah organisasi politik (Partai) yang memiliki kehidupan demokrasi internal yang dinamis. Diskusi,  perdebatan, dan perbedaan pendapat yang sangat tajam dalam Organisasi menjadi minuman dan makanan sehari-hari. Tetapi setelah selesai berdebat yang cukup panas,  kader atau anggota organisasi mengambil sebuah keputusan dan semua bersatu untuk melaksanakan keputusan yang sudah diambil. Semua anggota dan kader organisasi tetap diperbolehkan perpegang pada pendapat mereka masing-masing dan tetap melaksanakan keputusan organisasi dengan disiplin. Inilah yang kemudian disebut dengan Sentralisme Demokratis atau SENDEM, metode organisasi yakni kebebasan berdiskusi dan kesatuan dalam aksi_Demikian sabda pagi.

#HidupRakyatIndonesia

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun