Mohon tunggu...
FERA PANIE
FERA PANIE Mohon Tunggu... Guru - Teacher in the village

My God is bigger than my problem

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Lingkungan Kerja Toksik yang Malas Bisa Sukses?

23 Mei 2021   08:07 Diperbarui: 23 Mei 2021   08:16 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: yourstory.com

Pasti semua orang berpikir, "kok bisa?", dan jawabannya "iya, bisa".

Dalam suatu lingkungan kerja, bila ada orang yang malas bekerja, pasti dia akan menjadi sorotan, bahkan menjadi topic dalam setiap perbincangan. 

Dia bisa menjadi racun atau virus bagi yang lainnya. Dia bisa memengaruhi kinerja orang lain dari yang rajin menjadi malas. Namun semalas-malasnya orang, pasti ada sesuatu yang menonjol dalam dirinya. Kita belajar untuk selalu melihat kelebihan orang lain ketimbang kekurangannya.

Bill Gates pada tahun 2021, ia dicatat pada Bisnis.com Majalah Fobes sebagai orang terkaya urutan keempat di dunia. Dia memiliki nilai kekayaan US$124 miliar. 

Namun, dia pernah mengatakan sesuatu yang kontroversial, "Carilah orang malas untuk melakukan pekerjaan sulit, karena biasanya mereka akan mencari cara termudah untuk melakukannya."

Soal kemalasan, Penulis Fred Gratzon yang menobatkan diri sebagai "Orang Termalas di Amerika Utara" dalam buku nya yang tak kalah kontroversial yaitu buku "The Lazy Way to Succes" (Malas Tapi Sukses, edisi terjemahan Indonesia) melihat kemalasan dari sudut pandang yang berbeda. Intinya, malas bukan dalam artian tidak melakukan apa-apa, namun malas yang justru mendorong kreativitas. 

Misalnya, karena orang malas menumbuk padi dengan lesung dan alu, maka diciptakanlah mesin penggiling padi. Karena orang malas berjalan kaki, maka manusia menciptakan sepeda. 

Karena orang malas mengayuh sepeda, maka manusia menciptakan sepeda motor. Karena orang malas menyuci pakaian dengan tangan, maka manusia menciptakan mesin cuci pakaian, dst.

Kemalasan yang dimaksud sebenarnya bukan berarti malas tanpa melakukan apa-apa, tapi lebih pada keinginan untuk melakukan sesuatu dengan cara yang lebih efisien dan efektif, sehingga tidak lagi membuang-buang waktu dan tenaga. 

"Sukses dengan cara malas" ini menemplak begitu banyak orang dengan cara-cara lama dan yang lebih suka dengan zona nyaman dibandingkan dengan perubahan. 

Mereka memang orang tekun dan rajin , tapi mereka  melakukan hal yang sama terus menerus tanpa mau memikirkan cara yang lebih mudah, lebih efektif dan lebih baik. Bisa dikatakan mereka adalah pekerja keras yang kurang cerdas.

Salomo sebagai penulis Amsal berulang kali menasihatkan agar kita bekerja dengan hikmat dan kepandaian (Amsal 24:3-4). Kita tidak hanya mengandalkan otot tapi juga otak. 

Bukan sekedar kerja keras tapi kerja cerdas. Bukan sekedar tekun, tapi juga harus memikirkan cara-cara yang lebih baik dan efektif. Karena kombinasi ketekunan dan kecerdasan pasti menghasilkan sesuatu yang luar biasa. Malas dalam arti yang sebenarnya adalah memikirkan cara-cara baru yang lebih efektif.

Selamat berkarya dengan kerja keras dan kerja cerdas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun