Mohon tunggu...
FERA PANIE
FERA PANIE Mohon Tunggu... Guru - Teacher in the village

My God is bigger than my problem

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dia Berjanji akan Kembali

13 Mei 2021   20:13 Diperbarui: 13 Mei 2021   20:22 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sesudah kedua peristiwa yang sentral dan pokok itu berlangsung, maka bacaan kali ini tentang Yesus dan para murid berada di atas bukit Zaitun.

Dari atas bukit itu Yesus layangkan pandanganNya ke kota Yerusalem dengan bait-Allahnya yang megah, yang kelak diratakan dengan tanah karena penduduknya yang tidak mau percaya. Ia layangkan pandanganNya kepada jalan berliku-liku yang pernah ditempuhNya dengan memanggul salib Via Dolorosa ! Ia melayangkan pandanganNya ke taman Getsemani yang diteduhi pohon-pohon Zaitun, tempat yang sudah menelan tetesan-tetesan peluh seperti darah, ketika Ia bergumul menerima cawan yang diberikan Bapa-Nya Ia melayangkan pandangan Nya ke bukit Golgota, tempat Ia diolok, dinista dan ditikam. Ia melayangkan pandanganNya ke kebun Yusuf Arimatea, tempat kuburan yang sudah terbuka untuk selamanya.

Tidak dapat dibayangkan apa yang ada dalam pikiran Kristus ketika Ia memandang semua itu. Tapi satu yang pasti bahwa hatiNya lega karena tugasNya telah selesai. Dan saat nya Dia harus kembali kepada Bapa.

Sebelas muridNya yang adalah orang Galilea sementara mengelilingiNya. Ia hendak memberikan pesan-pesan terakhir, selayaknya seorang ayah atau ibu yang hendak pergi jauh sementara memberikan pesan kepada anak-anaknya.Ia memberikan mandat kepada murid-muridNya untuk terus menjadi saksi bagi karya penyelamatanNya, memberitakan injil keslamatan ke seluruh dunia.

Selesai berkata-kata, tiba-tiba Ia terangkat. Murid-murid terdiam, menatap penuh hormat mengikuti Dia. Dan tiba-tiba awan kemuliaan datang menyelubungiNya, dan lenyaplah Ia dari pandangan mereka. Ia yang selama mengajar dipanggil Rabi dan Tuhan, telah pergi. Mereka tertegun terus menatap ke langit yang sudah kosong.

Tetapi tiba-tiba mereka dikejutkan oleh suatu suara. Malaikat yang berpakaian putih bersih berkata kepada mereka : "Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga".

Malaikat ini hendak berkata kepada murid-murid bahwa jangan menghabiskan waktu hanya untuk menatap ke langit. Tugasmu bukan menengadah saja, tugasmu bukan termenung saja diatas bukit ini. tugasmu jauh disana, di Yerusalem, di Yudea, di Galilea, di Samaria dan di ujung-ujung bumi. Disanalah tugasmu yang sesungguhnya. Harus menyampaikan kabar baik ini kepada semua orang. Menyampaikan keselamatan yang sudah Ia kerjakan dan menyiapkan manusia untuk menyambut kedatangan Nya kembali. Ingatlah bahwa Ia tidak hanya pergi saja, tapi Ia akan datang kembali . Jangan menghabiskan waktu untuk memikirkan kepergianNya, tetapi ada hal yang lebih penting yaitu Ia akan datang kembali.

Demikianlah murid-murid itu disadarkan. Mereka insaf sekarang, bahwa mereka harus turun se-lekas-lekasnya dari bukit itu. Mereka harus ke Yerusalem, karena disana mereka akan berkumpul dan berdoa agar supaya Tuhan mencurahkan Roh Nya kepada mereka seperti yang sudah Ia janjikan kepada mereka, agar mereka segera bertindak.

Murid-murid itu mengerti, bahwa sekarang tidak ada tempat lagi untuk mereka termenung, tidak ada waktu lagi untuk mereka berlipat tangan, tidak ada waktu lagi untuk mereka berdiam diri dan menengadah. Karena kepergia Kristus justru untuk memberikan mereka kesempatan untuk bekerja menyiapkan segala bangsa untuk kedatanganNya kembali.

Berdengung-dengung di telinga mereka sekarang perkataan Tuhan Yesus dahulu, ketika Ia menceriterakan kepada mereka permpamaan " seorang tuan yang berangkat ke negeri yang jauh ". Mereka kini mengerti bahwa sesungguhnya tuan itulah Kristus.

Dalam perumpamaan itu dihadapkan dua macam hamba. Yang satu hanya melihat kepada kenyataan, bahwa tuannya sudah pergi. Oleh karena itu ia mulai mabuk dan memukul kawan-kawannya. Semua tugas yang dipercayakan kepadanya ia lalaikan. Ia memikirkan kepentingan dirinya sendiri dan bukan tuannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun