Mohon tunggu...
Feraa
Feraa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Menulis untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Review Buku: Memaknai Hakikat Cinta Melalui Buku The Art Of Loving

21 Januari 2023   22:21 Diperbarui: 21 Januari 2023   22:30 956
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Halo teman-teman yang membaca tulisan ini entah karena tidak sengaja atau memang ingin membaca review buku singkat. Saya ingin mengulas sedikit buku yang saya temukan dengan acak ketika meminjam buku di perpustakaan beberapa waktu lalu. Berlama-lama di rak buku yang bertema psikologi dan filsafat membuat saya berakhir mengambil buku bersampul biru yang berjudul The Art Of Loving karya Erich Fromm. Selintas memang buku ini cukup menarik perhatian ketika berjajar dengan rapi di rak buku karena judulnya. Buku terjemahan yang terbit pertama kali tahun 2005 ini mengajak pembaca untuk memaknai hakikat cinta sebagai seorang manusia.

Di awal kata pengantar, penulis menyampaikan bahwa buku ini bukan sebuah kiat-kiat untuk pembaca mendapatkan kemampuan atau tips dan trik dalam mencintai, melainkan untuk meyakinkan pembaca bahwa cinta dapat dimaknai dengan hal yang berbeda dengan keyakinan, kerendahan hati, dan kedisiplinan. Buku ini menarik bagi saya karena penulis mampu memberikan argumentasinya yang dikorelasikan dengan teori-teori yang sudah ada seperti teori aristotelesian, teori logika paradoksikal, dan teori freud yang membahas mengenai cinta.

Pembaca akan diberikan pengantar di awal bab dengan diperkenalkan akan sebuah seni mencintai dan sejarahnya pada masa lalu hingga berkembang di zaman modern ini, kemudian dijelaskan lebih lanjut pada bab dua mengenai teori cinta. Intisari dari buku setebal 177 halaman ini berada pada bab keduanya, dijelaskan mengenai cinta sebagai eksistensi manusia, cinta antara orang tua dan anak, dan objek cinta yang meliputi cinta sesama, cinta ibu, cinta erotis, cinta diri, dan cinta Allah.

Menurut saya dari keseluruhan isi buku ini, bagian paling menariknya ada pada bab kedua mengenai teori cinta. Sedikit banyak saya memahami masalah ke-Tuhanan atau cinta kita kepada Allah bukan hanya sekedar menjadikan Tuhan sebagai tempat berkeluh kesah, tempat bersandar, atau menjadikanNya sebagai otoritas tertinggi. Namun lebih daripada itu, cinta sejati kepada Tuhan terletak pada penghayatan dan penyatuan perasaan kita terhadap Tuhan.

Selain itu, dijelaskan cinta orang tua dan anak yang membuat saya cukup tercerahkan mengenai parenting yang salah dan pernah saya alami di waktu kecil. Sebab akibat yang dapat berpengaruh terhadap diri anak karena orang tua. 

Objek cinta ini mengupas tuntas realitas yang terjadi di sekitar kita, memberikan kita kesadaran bahwa cinta di masa modern kehilangan maknanya karena pesatnya kemajuan zaman. Hal ini dijelaskan lebih lanjut dalam bab 3 bahwa kapitalisme modern memunculkan kebutuhan tenaga kerja yang tinggi, masyarakat konsumtif, dan manusia-manusia bebas dan independen sehingga tidak tunduk atas otoritas, ajaran, maupun kesadaran apapun tetapi bersedia diperintah dan melakukan apapun yang diharapkan berkaitan dengan pekerjaan.

 Hal ini yang kemudian melahirkan manusia modern yang teralienasi dari dirinya, sesama, dan alam sehingga kehidupan manusia dan cinta kehilangan transedensinya. Rangkuman dari keseluruhan isi buku ini atau garis besarnya berada pada bab selanjutnya yakni bab 4 yang menjelaskan mengenai praktik cinta. Meskipun menurut saya, penulis lebih menekankan kembali hakikat cinta pada bab terakhir dan menyerahkan praktiknya pada pembaca.

Buku yang telah terjual lebih dari 5 juta eksemplar ini sangat direkomendasikan untuk dibaca karena cukup memberikan pemahaman dan pencerahan baru dengan bahasa yang mudah dipahami meskipun banyak sekali istilah-istilah yang berkaitan dengan teori-teori yang ada. Saya cantumkan kutipan yang paling berkesan dalam buku ini dari pandangan saya;

"Benar bahwa pribadi yang mementingkan diri sendiri tidak mampu mencintai orang lain, tetapi juga tidak mampu mencintai dirinya sendiri"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun