Mohon tunggu...
Feny Livia Manjorang
Feny Livia Manjorang Mohon Tunggu... Lainnya - masih beginner.

menulis = menegur diri sendiri. mari saling menegur namun tetap mengasihi:-)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pernikahan Itu Kewajiban, Ketakutan, Tekanan, atau Kultur Budaya?

17 Januari 2021   16:35 Diperbarui: 17 Januari 2021   18:31 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bapakku bilang sudah sewajibnya untuk tidak menikah diusia tua, karena laki-laki tak menyukai perempuan yang sudah berumur.


Setiap orang memiliki persepsi masing-masing mengenai pernikahan. Kemarin, aku dan Bapak membicarakan kakakku yang akan segera menikah. Dia bilang kakakku terlalu muda untuk menikah. Saat ini usia kakakku 25 tahun. Lalu Bapak juga bilang seharusnya dia menikah di usia 28 atau 29 tahun. Mendengar perkataan Bapak, aku berpikir bahwa orang tuaku tentu tidak ingin anaknya menikah di usia yang menurutnya masih muda.  

Langsung ku katakan pada Bapak, "Pak, sekiranya nanti aku belum menikah di usia 30 tahun jangan dijodoh-jodohkan ya". Dia pun menjawab "30 tahun? Itu terlalu tua dan nanti tidak ada laki-laki yang mau". Ku katakan lagi, "loh apa bedanya dengan usia 28 dan 29 tahun?". Bapak menjawab, "ya itu batas akhirnya nak, biar kamu tidak menjadi perawan tua". Aku pun menanyakan apa alasan Bapak menikah? Tersentak, dia diam sejenak.

Setelah memikirkan jawaban apa kira-kira yang tepat atas pertanyaanku, dia menjawab "sudah seharusnya kita memiliki pasangan karena itulah tujuan diciptakannya laki-laki dan perempuan". Aku memberikan padanganku kembali, "kalau seorang perempuan atau laki-laki tidak menikah apa menjadi suatu hal yang salah?"

Dia terdiam dan meminta untuk berhenti membahas hal demikian. Setelah perbincangan ini, aku tertarik untuk menuliskan topik pernikahan karena ada banyak pandangan yang sangat ingin ku bagikan. Aku mengerti bahwa manusia diciptakan berpasang-pasangan dan memiliki ketertarikkan  satu sama lain. 

Namun, bukan berarti aku tidak setuju dengan pernikahan. Ada banyak sekali pandangan seseorang mengenai pernikahan dan itu tidak salah. Hanya saja kebanyakan orang menikah tanpa mempertanyakan "Mengapa Aku Menikah?" mengingat pernikahan merupakan keputusan penting dalam hidup.

Masyarakat kita juga tidak jarang menjadikan pernikahan sebagai sesuatu yang wajib. Memberi tekanan bagi seseorang yang sudah berumur padahal pandangan mengenai usia tua setiap individu berbeda-beda. Lelucon juga sering dilontarkan seperti pertanyaan kapan akan menikah?, senang sekali rasanya menggunakan kalimat itu sebagai basa-basi. 

Padahal ketika seseorang menikah, kamu yang bertanya belum tentu turut andil dalam acara pernikahannya apalagi bertanggung jawab atas rumah tangganya. Sebutan untuk perawan tua atau perjaka tua sering dilontarkan atau dipakai untuk melabelkan perempuan dan laki-laki yang belum menikah. 

Kalau dilihat ada banyak alasan seseorang menikah di Indonesia. Ada yang menikah karena takut akan sesuatu, jawaban atas masalah pribadi, dan alasan lain. Kebanyakan alasan-alasan tersebut tidak berhubungan dengan cinta atau pasangan hidup yang serasi. Tetapi karena menghindari atau ingin menyelesaikan masalah lain.

Sudah seharusnya semua orang menikah untuk alasan yang tepat begitupun perihal waktu. Keputusan menikah bila sudah menemukan laki-laki yang mampu membuatnya bertumbuh menjadi lebih baik. Salah satu penyebab alasan orang Indonesia memilih untuk menikah karena ingin menyenangkan orang lain. 

Menyenangkan orang tua, pacar yang sudah melamar, dan alih-alih alasan mulia lainnya. Banyak orang yang melihat ini sebagai keputusan baik dan membawa kebahagiaan jangka panjang. Orang tua mungkin senang ketika hari pernikahanmu begitupun pasanganmu. Namun ternyata setelah menjalaninya, ketika kamu ragu dan sudah terlanjur dalam ikatan resmi, tentu ini membawa kesedihan kepada semua orang.  Ketidakbahagiaanmu jelas akan terlihat juga oleh orang lain. Biasanya ini terjadi ketika seseorang memutuskan menikah untuk menyenangkan orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun