Mohon tunggu...
Feny Livia Manjorang
Feny Livia Manjorang Mohon Tunggu... Lainnya - masih beginner.

menulis = menegur diri sendiri. mari saling menegur namun tetap mengasihi:-)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Lagi Tren Nikah Muda, Mau Ikutan?

10 September 2020   03:20 Diperbarui: 10 September 2020   20:48 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kalau gonta-ganti pacar sebutannya "play" boy-girl, ada gak ya julukan play husband-wife?

Temanku kemarin galau di sosial media karena udah pacaran lama banget tapi belum dilamar sama pacarnya. Dia sampai ngancem mau bunuh diri, akhirnya si cowok minta putus. Ya habisnya, siapa juga mau ambil resiko bertanggung jawab atas nyawa orang lain. 

Beberapa temanku ada yang sudah menikah. Aku tanya kepadanya, kok cepat? Gak mau puasin main-main dulu? Jawabnya untuk menghindari zina dan supaya punya teman di rumah. Mungkin di rumahnya banyak setan kali ya, jadi butuh ditemanin.

Sosial media juga gak jauh beda dengan kehidupan di dunia nyata, lagi musim kampanye nikah muda. Pernikahan dini pasangan selebritis menjadi contoh yang baik untuk kaum remaja. Wih pasangan goals dan banyak orang mendambakannya. Sangat mudah memberi label  "pasangan goals" kepada pernikahan yang masih seumur jagung. Namun hal ini pula menarik perhatian penggemar untuk ikut melangsungkan pernikahan dini. Akhirnya pulang sekolah sampai rumah, minta nikah sama bapak dan ibu.

Adalagi nih, baru pulang dari acara keagamaan terus dapat doktrin kalau rezeki akan datang ketika sudah menikah. Tanpa berpikir panjang dan kritis memikirkan ke depan jadi nekat menikah sebelum memiliki apapun. Alhasil setelah menikah jadi halusinasi tiap hari, uang jatuh dari langit dan doa tiap malam supaya besok  turun duit seperti hujan. Akhirnya menjadi penyesalan karena yang ada setelah menikah biaya semakin banyak.

Belum lama ini, berita pernikahan dini menjadi isu terkini. Kabarnya, nikah muda meningkat menjadi 24 ribu dibandingkan tahun 2019. Penyebabnya bervariasi dari hal yang wajar sampai tak terkatakan. Kalau dari segi orang tua, ada yang gak mampu memberikan anak makan dan merasa lebih baik untuk dinikahkan. Dari segi anak, dirumah aja dan kebanyakan aktivitas secara  online membuat gabut dan mencari jalan keluar dengan menikah.

Kejadian ini tentu saja membuat nikah muda menjadi tren dan perubahan tingkat hubungan dari suka ke jenjang pernikahan. Dulu merengek gak punya pacar, sekarang menangis karena tak ada suami. Pada umumnya penyebab pernikahan dini karena pendidikan masih rendah, kondisi ekonomi, budaya, hamil diluar nikah, dan seks bebas. Tapi sekarang bertambah karena gabut, emang separah apasih?

Menikah menjadi jalan keluar atas semua permasalahan hidup. Kalau sudah cocok ya baiknya menikah daripada berbuat zina. Iya bagus memiliki niat demikian, bagaimana dengan maksud terselubung? Alih-alih menikah, eh niat tersembunyi ingin merasakan kenikmatan berhubungan badan. Masalah gabut juga tidak jauh beda, emang kalau enggak menikah tak dapat hidup?

Maraknya pernikahan dini tentu meningkatkan semakin tinggi angka perceraian. Kalau tidak cocok bercerai dengan alasan perbedaan karakter atau belum mengenal satu sama lain. Belum lagi tingginya kasus KDRT, kematian ibu dan bayi, permasalahan kesehatan reproduksi, dan putusnya pendidikan akibat setelah menikah banyak peran yang harus dijalankan.

Tidak sampai disitu, banyak orang tua yang menikah dini tidak mengerti perannya sebagai figur utama bagi seorang anak. Beranggapan dengan memberikan makanan kepada anak seperti ternak sudah cukup tanpa memenuhi kebutuhan lainnya. Lingkaran pernikahan dini juga  akan terus berlanjut karena orang tua melakukan hal demikian ke anaknya.  Akibatnya generasi yang lahir dari keluarga broken home dan fatherless semakin banyak.

Pernikahan dini juga merugikan kedua belah pihak, baik laki-laki maupun perempuan. Laki-laki yang seharusnya dapat mempersiapkan kehidupan dengan baik, mulai dari jenjang pendidikan, kehidupan finansial, dan bahkan mental menjadi seorang ayah.  Perempuan juga demikian, dari segi fisik, reproduksi masih jauh dari sempurna  dan rentan terpapar resiko kematian. Mudah terkena kanker serviks atau bayi yang lahir secara prematur dan tidak adanya pembekalan pengetahuan mengenai ilmu parenting.

Untuk itu, mari pikirkan secara matang bahwa menikah tidak mudah dan murah. Menikah bukan hanya tentang aku cinta kamu dan sebaliknya.  Jangan egois walaupun hidup itu milikmu. Ingatlah bahwa dunia ciptaan sendiri tidak menutup kemungkinan menghancurkan kita. Kalau menikah muda untuk menghindari zina, ya baiknya tidak usah pacaran. Jangan lagi mengkampanyekan hal-hal tidak logis dan membalutnya dengan agama.

Kita memang tidak bisa menyalahkan orang lain atas keputusan mereka dalam hidupnya. Kita juga tidak dapat mengontrol apa yang seseorang tunjukan kepada masyarakat luas. Tapi kita mampu mengontrol diri sendiri yang membantu meminimalisir pernikahan dini. Buat anak muda yang belum menikah, jangan mudah baper dengan laki-laki yang paham ilmu agama, keindahan sosial media, dan tren. Bangunlah keluargamu ketika sudah sangat siap bukan karena melihat orang lain telah menikah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun