Mohon tunggu...
Fenny Trisnawati
Fenny Trisnawati Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar

Manusia cuma bisa usaha, Tuhan yang tentukan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menggapai Sejumput Kebahagiaan

30 Mei 2020   16:13 Diperbarui: 30 Mei 2020   16:06 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kok bajumu itu itu aja? Jadi perempuan itu harus pandai bergaya, biar gak disangka hidup susah, capek capek kerja beli baju aja gak mampu.

Cibiran ini bukan sekali saya dengar. Awalnya tidak saya hiraukan. Tapi lama kelamaan kuping saya panas juga. Sebegitu usangkah baju yang saya kenakan? Sepertinya tidak. Mungkin maksudnya perhatian, tapi saya cenderung tidak suka dengan jenis perhatian seperti ini.

Dalam masyarakat umumnya, kemampuan  finansial seseorang memang dinilai dari tampilan fisik. Maka tak heran jika banyak yang berlomba-lomba untuk tampil maksimal, walau terkadang maksa. Akhirnya malah besar pasak daripada tiang.

Tampilan fisik yang memukau (baca: atribut yang melekat pada diri seseorang, seperti pakaian, rumah, kendaraan dan sebagainya) seringkali dilekatkan dengan kebahagiaan. Menurut saya, sangat dangkal bila hal itu dilakukan. Apakah ada jaminan bahwa uang menjamin kebahagiaan? Tidak. Karena bila demikian, maka tidaklah mungkin orang miskin bisa bahagia.

Kebahagiaan itu milik semua orang, mau kaya atau miskin. Karena kebahagiaan itu sesuatu yang melibatkan rasa dan persepsi. Artinya, kebahagiaan bagi tiap orang itu berbeda, karena berbeda maka kebahagiaan bisa dimiliki tiap orang dengan bentuk yang beraneka ragam.

Ada juga kebahagiaan yang berupa pencapaian jangka pendek, misalnya lulus sekolah/kuliah, beli mobil baru atau rumah baru dan lain sebagainya. Tapi menurut saya, kebahagiaan atas pencapaian ini bersifat singkat.
Kebahagiaan yang bersifat jangka panjang, misalnya kesehatan, hubungan silahturahmi yang baik dengan orang lain, keluarga yang akrab dan mendukung.

Kebahagiaan itu diciptakan dan sederhana. Anak-anak tetap bisa bahagia walau banjir melanda dan rumahnya penuh dengan air. Mereka menciptakan kebahagiaan dengan main perahu-perahuan yang mereka buat dari benda apa saja asalkan dapat terapung di air. Sederhana bukan? Sama sekali tidak ada hubungannya dengan materi.

Orang dewasa lebih kompleks sehingga tidak bisa sesederhana anak-anak dalam menciptakan kebahagiaan. Apakah artinya orang dewasa sulit bahagia? Jawabannya tidak sulit. Orang dewasa bisa bahagia jika mereka selalu bersyukur dan menyederhanakan cara memandang suatu permasalahan. Betapapun sulitnya masalah yang mendera, yakinlah bahwa setelah kesulitan akan ada kemudahan, badai pasti berlalu. Kesabaran dan doa mutlak diperlukan dalam melewati badai, serta kemampuan melihat dari berbagai sisi akan sangat membantu mengurai kekusutan masalah.

Kekayaan tidak berbanding lurus dengan kebahagiaan. Jadi, jangan lupa bahagia, karena bahagia itu milik semua orang !!!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun