Mohon tunggu...
Fenny Indah Melia
Fenny Indah Melia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa menuju tingkat akhir

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

KKN Tematik UPI 2022: Sosialisasi Stunting sebagai Upaya Pencegahan Gizi Buruk pada Balita di Lingkungan RW 06 Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru

19 Agustus 2022   23:45 Diperbarui: 19 Agustus 2022   23:50 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto bersama Pengurus RW dan Ibu-ibu PKK setelah kegiatan Posyandu. (dokpri)

Kegiatan Posyandu yang dilakukan sebagai wahana untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat khususnya masyarakat kelompok rentan seperti balita, ibu hamil, dan ibu menyusui. Kegiatan posyandu bertujuan untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan angka kematian bayi.

Berdasarkan data yang bersumber dari katadata, kematian balita di Indonesia mencapai 28.158 jiwa pada 2020. Sebanyak 20.266 balita yang berusia 0-28 hari meninggal dengan mayoritas penyebab kematian berat badan lahir rendah. Kematian 5.386 balita berusia 29 hari-11 bulan meninggal paling banyak karena penyakit pneumonia. Sementara, 2.506 balita berusia 12-59 bulan meninggal karena infeksi parasit. Angka kematian balita (AKABA) tersebut menunjukkan bahwa diperlukannya pengecekan kesehatan dan gizi anak dilakukan sejak janin masih berada didalam kandungan.

Pentingnya memerhatikan gizi anak sejak janin masih didalam kandungan, selain untuk mencegah terjadinya kematian pada balita juga untuk tindakan pencegahan anak agar tidak mengalami stunting atau kondisi gagal tumbuh pada anak. Kondisi stunting pada anak akan terlihat ketika anak berusia 2 tahun.

Sosialisasi pencegahan stunting di lingkungan wilayah RW 06 dilakukan bertepatan dengan jadwal pelaksanaan posyandu pada tanggal 25 Juli 2022. Sosialisasi stunting dilakukan sebelum penimbangan bulanan kepada balita. Hal tersebut bertujuan agar Ibu dari balita mendapatkan pencerdasan terlebih dahulu perihal kesehatan  bagi balita.

Materi sosialisasi mengenai stunting yang disampaikan merupakan pengenalan dasar stunting berupa penyebab stunting yang diakibatkan dari kurangnya asupan kebutuhan gizi anak. Namun, terdapat faktor luar yang dapat menyebabkan anak mengalami stunting yaitu, kurangnya pengetahuan ibu mengenai gizi sebelum dan saat hamil sampai setelah melahirkan, terbatasnya akses pelayanan kesehatan, dan kurangnya akses air bersih dan sanitasi.

Kondisi stunting dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak, seperti perkembangan otak yang terganggu, kecerdasan, juga gangguan pada pertumbuhan fisik serta metabolisme anak. Selain itu, dampak jangka panjang yang dialami oleh anak apabila tidak ditangani dengan segera yang terjadi adalah anak akan mengalami penurunan perkembangan kognitif otak, penurunan kekebalan tubuh sehingga anak akan menjadi lebih mudah terkena penyakit, anak mengalami penyakit jantung dan/atau pembuluh darah, dan kesulitan belajar. Bagi anak perempuan yang menderita stunting, ia akan beresiko mengalami masalah kesehatan dan perkembangan pada keturunannya kelak.

Lantas bagaimana ciri-ciri anak yang mengalami stunting? Berikut adalah ciri-ciri anak yang mengalami stunting diantaranya tubuh lebih pendek dari anak seusianya, wajah tampak lebih muda dari anak seusianya, pertumbuhan gigi terlambat, berat badan cenderung tidak naik bahkan menurun, perkembangan tubuh anak melambat, dan anak mudah terserang penyakit. Anak yang telah didiagnosis stunting, dapat ditangani dengan pemberian ASI eksklusif sampai usia 6 bulan, serta pemberian ASI bersama dengan MP-ASI sampai anak berusia 2 tahun.

Terdapat beberapa upaya yang dilakukan untuk mencegah stunting menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 Tahun 2016 menurut Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga. Pencegahan stunting untuk ibu hamil dan bersalin meliputi:

  • Pemantauan kesehatan secara optimal beserta penanganannya.
  • Pemeriksaan kehamilan secara berkala.
  • Memberikan makanan tinggi kalori, protein serta mikronutrien untuk bayi.
  • Melakukan deteksi penyakit menular.
  • Memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan penuh.

Sementara itu, berikut cara mencegah stunting pada usia balita, diantaranya:

  • Rutin memantau pertumbuhan perkembangan anak.
  • Memberikan makanan tambahan (PMT) untuk balita.
  • Melakukan simulasi dini perkembangan anak.
  • Memberikan pelayanan dan perawatan kesehatan yang optimal untuk anak.
    Sosialisasi mengenai Stunting (dokpri)
    Sosialisasi mengenai Stunting (dokpri)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun