Mohon tunggu...
Femy Maria
Femy Maria Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

I love to read, write, listen to music, watch Marvel, daydream about Marvel dilfs...

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Viral di Medsos: Menguntungkan atau Tidak?

14 Mei 2022   19:16 Diperbarui: 14 Mei 2022   20:31 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Angel Baby karya Troye Sivan, Zoom karya Jessie, Only karya Lee Hi; kalian pasti sudah tidak asing dengan lagu-lagu tersebut, kan? Terutama bagi para pengguna Tik Tok, karena lagu-lagu tersebut memang booming lewat aplikasi tersebut. Yang unik dari aplikasi Tik Tok, lagu-lagu yang dijadikan hits tidak melulu lagu-lagu keluaran terbaru. 

Contohnya Luxurious karya Gwen Stefani yang rilis pada tahun 2004, Lemon Tree karya Fools Garden yang rilis pada tahun 1995, Dancing Queen karya ABBA yang rilis pada tahun 1976, bahkan sampai komposisi piano karya pianis Prancis, Erik Satie yang terbit tahun 1888 dan satu versi lainnya tahun 1895 berjudul Gymnopedie.

Tidak ada alasan khusus mengapa lagu-lagu tertentu dapat stand out di aplikasi Tik Tok dibandingkan lagu-lagu lainnya, namun intinya dari boomingnya karya para penyanyi ini, nama mereka pun naik, begitu pula pamor mereka. Tentu saja, dari naiknya nama dan karya mereka, penghasilan mereka pun bertambah. 

Kesempatan untuk tampil di berbagai acara bergengsi pun muncul seperti yang terjadi pada band bergenre glam rock asal Italia, Maneskin. Nama mereka memang sudah cukup ternama sebelumnya karena menempati juara 2 di X-Factor Season 11 tahun 2017, dan menjuarai Eurovision Song Contest pada tahun 2021. 

Namun, nama mereka semakin melambung Ketika cover lagu 'Beggin' karya Madcon yang mereka lakukan menjadi trending sampai menempati posisi top 10 di berbagai negara.

Hal-hal yang sudah dijabarkan di atas termasuk ke dalam kategori ekonomi kreatif. Ekonomi kreatif merupakan sebuah konsep pada era ekonomi baru yang mengintensifkan informasi dan kreativitas dengan mengandalkan ide dan pengetahuan dari sumber daya manusia sebagai faktor produksi yang utama. 

Singkat kata, cara kerja ekonomi kreatif berasal dari ide dan hasil karya seseorang ataupun beberapa orang yang kemudian dipublish ke media, dan dari situlah aspek perekonomian mengalir.

Terdapat 16 subsektor dalam sector ekonomi kreatif semenjak Bekraf (Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif), dan salah satunya adalah musik. 

Terdapat pula beberapa kasus dimana beberapa lagu dijadikan sound oleh para pengguna TikTok namun berupa hasil editan pengguna dan bukan lagu asli dari penyanyi tersebut dan akhirnya menjadi booming tanpa menguntungkan penyanyi tersebut dari sisi ekonomi, karena tidak adanya hak cipta di aplikasi tersebut.

Sebuah hak cipta muncul segera setelah karya tersebut ditetapkan dalam media ekspresi yang nyata, sehingga hak cipta ada dalam sebuah karya segera setelah pencipta menyelesaikan komposisi atau permainan musik. Penulis karya pada awalnya memiliki hak cipta. Namun, kepemilikan hak dapat dialihkan kepada orang lain. 

Jika karya tersebut dibuat oleh seorang karyawan, pemberi kerja dianggap sebagai pencipta dan memiliki hak cipta sebagai karya untuk disewa. Sebagai pemilik hak cipta, pencipta memiliki hak eksklusif untuk menggandakan ciptaan, menampilkan dan mempertunjukkan ciptaan kepada publik dan mendistribusikan salinan ciptaan kepada publik. Kalimat ini dilansirkan oleh blog howstuffworks karya Thomas L. Peterson (https://money.howstuffworks.com/copyright.htm)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun