Mohon tunggu...
felysia fee
felysia fee Mohon Tunggu... Freelancer - manusia hidup

non scholae sed vitae discimus

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Simpanse akan Punah? Apakah Benar?

23 Agustus 2019   20:16 Diperbarui: 23 Agustus 2019   20:50 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://gritineducation.com

Saya setuju dengan penggunaan simpanse sebagai bahan uji coba obat HIV/ AIDS. Bahan uji coba maksdunya adalah, jadi saat obat HIV/ AIDS ditemukan, harus dites dulu apakah aman untuk manusia. 

Maka, kita menggunakan simpanse terlebih dahulu untuk bahan uji coba, apabila sudah aman baru obat HIV/ AIDS tersebut bisa dikonsumsi oleh manusia. Ada beberapa fakta yang menguatkan kenapa simpanse cocok untuk menjadi bahan uji coba obat HIV/AIDS.

Alasan pertama adalah, dengan melakukan penelitian uji coba obat ini, tidak hanya penyakit manusia yang sembuh saja, namun penyakit simpanse itu sendiri bisa sembuh. Jadi, sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui, karena, simpanse bisa terjangkit HIV/ AIDS juga. Sehingga, tidak hanya manusia yang nantinya akan sembuh dari HIV/ AIDS, tapi simpanse itu sendiri juga akan sembuh. 

Sayangnya, sekarang, simpanse liar mati karena virus, ditangkap dari turis di Afrika. Menghentikan penelitian simpanse ke dalam RSV mungkin melindungi masing-masing hewan dari percobaan, tetapi dapat membahayakan kesehatan spesies, yang akan mendapat manfaat dari obat-obatan yang efektif melawan virus, kata Peter Walsh, seorang antropolog biologi di University of Cambridge di Inggris. 

Maka, sebelum melakukan uji coba, kesehatan simpanse harus dijaga agar tidak terjangkit virus. Jadi, alasan pertama adalah, apabila uji coba obat- obatan ini berhasil, tidak hanya penyakit manusia yang akan sembuh, namun penyakit simpanse juga. Bahkan bisa mencegah kepunahan simpanse. Ada negara yang sudah memperbolehkan dan melegalkan uji coba obat-obatan menggunakan simpanse, yaitu di Amerika Serikat dan Gabon.

Bagi orang- orang yang menyayangi hewan/ memiliki rasa empati yang tinggi, mungkin ini terdengar sangat kejam bagi mereka. Bahkan mungkin, para peneliti dianggap sebagai seorang pembunuh, apabila uji coba tersebut gagal. Namun, hal tersebut tidaklah sepenuhnya benar, karena, penelitian ini dilakukan dengan tujuan medis, bukan dengan tujuan membunuh hewan- hewan tersebut. Para peneliti juga sudah tau, bahwa resiko terbesar dari penelitian ini adalah kematian simpanse.

"Karena memang hewan memiliki kemiripan dengan manusia. Terutama mamalia, terutama lagi satwa primata (yang) secara fisiologi, anatomi, immune system masih menyerupai manusia yang tidak bisa digantikan dengan alternatif lain," kata Atie, panggilan dari Diah Iskandariati, saat diwawancarai kumparanSAINS di kantor pusat PSSP-IPB, Selasa (20/3). 

Kata Dr. Diah Iskandriati seorang peneliti senior dan biosafety officer di Pusat Studi Satwa Primata-Institut Pertanian Bogor (PSSP-IPB). Karena, apabila digantikan dengan hewan yang lain, yang tidak semirip manusia, takutnya, efeknya malah akan berbeda dan menimbulkan efek samping. 

Jadi alasan kedua, kenapa simpanse perlu digunakan untuk uji coba obat HIV/ AIDS adalah, karena hasil uji obat ke simpanse, pasti hasilnya juga akan mirip ke manusia. 

Tingkat keakuratan uji coba tersebut pastinya akan mencapai nilai sempurna, apa yang terjadi pada simpanse setelah diuji coba, pasti akan terjadi pada manusia juga. Apabila digantikan dengan media lain, hasil uji cobanya belum tentu akurat dan akan memiliki efek samping lain.

Sejauh ini, pengujian hewan untuk obat-obatan, telah menghasilkan konstribusi besar dan menyelamatkan banyak jiwa. Hampir 100 tahun ini, terobosan penelitian obat yang berhasil adalah penelitian dengan menggunakan hewan (California Biomedical Research Association). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun