Mohon tunggu...
Felix Sevanov Gilbert (FSG)
Felix Sevanov Gilbert (FSG) Mohon Tunggu... Freelancer - Fresh Graduate Ilmu Politik UPN Veteran Jakarta. Intern at Bawaslu DKI Jakarta (2021), Kementerian Sekretariat Negara (2021-2022), Kementerian Hukum dan HAM (2022-2023)

iseng menulis menyikapi fenomena, isu, dinamika yang kadang absurd tapi menarik masih pemula dan terus menjadi pemula yang selalu belajar pada pengalaman

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Ridwan Kamil, DKI 1 or Jabar 1, Realistiskah?

26 Mei 2023   11:20 Diperbarui: 26 Mei 2023   11:40 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ridwan Kamil (sumber : Instagram @ridwankamil)

Jalan yang realistis dari seorang Ridwan Kamil ketika akhirnya ia memutuskan untuk maju sebagai Calon Gubernur berbanding kontestasi di Pilpres yang menggerus kans sang Ketua Umum yang tidak 'menjual' tersebut. Sayang sekali padahal beliau punya potensi meski hanya sebagai seorang Wakil Presiden bukan Presiden terlihat dari survey yang beredar sekarang ini. Apalagi beliau sudah diangkat pada posisi Wakil Ketua Umum sekaligus Penanggungjawab Bappilu Golkar. Akan sangat sayang kalau tidak diasah di posisi Nasional. Sangat menarik dan sebenarnya Ridwan Kamil punya kans sebagai Petahana yang barang tentu punya pengalaman. Lantas kenapa selain Jabar ada DKI yang disebutkan. Menjadi realistis tidaknya perlu kita lihat pada data yang berada dibawah ini. Sekaligus menjadi gambaran jika Ridwan Kamil ingin mendapat tiket 'golden' Golkar.

Suara Golkar di Pemilihan Legislatif di 2 Provinsi yaitu DKI Jakarta yaitu sebagai berikut. Jawa Barat di Dapil Nasional (DPR RI) punya 11 Dapil dengan membawahi 91 kursi yang dipertarungkan oleh semua partai yang terlibat saat ini, berikut pula DPRD Jawa Barat dimana ada 15 Dapil yang dipertaruhkan dengan 120 kursi. Sedangkan untuk DKI Jakarta ada 3 Dapil DPR RI yang terdiri atas 21 kursi dan untuk DPRD Provinsi DKI terdiri atas 10 Dapil dengan 106 kursi yang tersedia. Lantas untuk yang terkini di 2019 dan perlu menjadi atensi bahwa Golkar di Jawa Barat berhasil meraih posisi 4 perolehan suara dan kursi di tingkat DPRD dengan 16 kursi yang memenuhi target 1 Dapil 1 kursi (bahkan 1 Dapil ada yang lebih dari 1) dan di DPR RI juga cukup menggembirakan karena berhasil mengisi 11 Dapil dengan 14 kursi yang mana selain asumsi 1 Dapil 1 kursi, di 3 Dapil berhasil lebih dari 1 kursi yang diperoleh. Ini karena buah kerja keras yang impresif dari 'Panglima Perang' saat itu Dedi Mulyadi yang kini sudah pindah ke Gerindra, saat itu beliau juga berperan baik sebagai Caleg DPR RI maupun Ketua TKD Jokowi-Maruf Jabar. Meski Jokowi kalah, tapi Golkar tetap berjaya di Jabar.

Kembali lagi, untuk DKI Jakarta bagaimana situasinya? Tidak sebaik dengan Jawa Barat dimana DKI Jakarta memang sudah lama redup sinar dari Golkar sebagai Partai yang bahkan dulunya pernah menjadi pimpinan untuk konteks DPRD di era 2004-2009 dan 2009-2014 meredup sejak 2014-2019 dan imbasnya hingga periode sekarang. Bagaimana tidak? Golkar hanya di posisi ke 8 dengan memiliki 6 kursi di DPRD yaitu di Dapil 1,2,4,5,6,9 saja, begitu juga di DPR RI yang hanya memiliki 1 kursi DPR RI yaitu di Dapil DKI II (Jaksel, Jakpus dan Luar Negeri) saja. Seolah Golkar di DKI Jakarta tidak sedigdaya Golkar pada umumnya secara Nasional alias jatuhnya 'gurem' karena tidak ada sebuah nilai plus yang mungkin dihasilkan antara soliditas mesin dengan ketokohan para elit yang ada di daerah dimana nilai itu pula yang ditunjukkan pada Golkar yang berada di kawasan Sumatera dan Sulawesi. Sama halnya dengan beberapa partai di Jakarta yang mungkin mendadak kuat karena ada patronase dari tokoh yang muncul didalamnya berbeda dengan yang di 3 atas seperti PDIP, Gerindra dan PKS yang mengandalkan militansi dari simpatisan partainya.

Pelajaran untuk Ridwan Kamil. To the point saja, karena Pilkada kuncinya berawal dari Pileg di 2024 apalagi kursi DPRD, maka harus hati-hati. DKI mungkin sulit karena untuk posisi 8 menuju 5 bahkan 3 besar butuh keajaiban dan hampir mustahil. Jadi daya tawar jatuh, apa mau RK jadi Wagub? Minimal mempertahankan diri di Jabar dulu. Apakah Golkar di masa Dedi Mulyadi sebagai Ketua DPD saat itu hingga meraih 'reward' dari Airlangga Hartarto selaku Ketum menjadi Ketua DPP pencapaiannya bisa diraih oleh RK yang bahkan kader baru tapi langsung diangkat sebagai Waketum Pusat. Ini juga perlu menjadi atensi seorang Ridwan Kamil yang mana sebagai Gubernur 5 tahun ini musti tahu lapangan mana yang akan digarap untuk kemenangan selanjutnya. Apalagi DPP juga bukan hanya mendorong dia untuk 'Panglima' atau 'Jenderal' Golkar bukan hanya di Jawa Barat melainkan di beberapa Provinsi lain termasuk pula DKI yang juga akan jadi medan pertarungan selanjutnya. Apalagi Ridwan Kamil juga tidak dalam konteks bertarung karena tidak nyaleg, hanya istrinya saja Atalia Prarartya di Dapil Jabar I (Kota Bandung dan Cimahi). Targetnya tidak muluk-muluk kok untuk Jabar, ya minimal mempertahankan pencapaian yang sekarang saja sudah lebih dari cukup. Jika berhasil menggeser posisi PDIP di DPRD yaitu ke-3 plus di DPR RI bisa nambah 1-2 kursi lagi adalah sebuah 'keajaiban'. Wajar DPP akan sembah sujud jika berhasil. Memang prestisius tapi jangan sampai diremehkan. Itu saja

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun