Mohon tunggu...
Felix Sevanov Gilbert (FSG)
Felix Sevanov Gilbert (FSG) Mohon Tunggu... Freelancer - Fresh Graduate Ilmu Politik UPN Veteran Jakarta. Intern at Bawaslu DKI Jakarta (2021), Kementerian Sekretariat Negara (2021-2022), Kementerian Hukum dan HAM (2022-2023)

iseng menulis menyikapi fenomena, isu, dinamika yang kadang absurd tapi menarik masih pemula dan terus menjadi pemula yang selalu belajar pada pengalaman

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Refleksi Hari Peduli Sampah Nasional, Inovasi Bukan Narasi

21 Februari 2023   11:00 Diperbarui: 21 Februari 2023   10:59 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari Peduli Sampah Nasional selalu menjadi seremoni yang hangat namun terkesan menjadi suam-suam kuku saja ketika kepedulian masyarakat dan negara masih minim untuk mengelolanya. Sampah itu adalah isu fundamental, sejak kita hidup dalam selintas peradaban, narasi untuk menjaga kebersihan dari sampah selalu ada namun selalu dilanggar. 

Narasi ini dibuka dengan gambar yang saya berikan diatas. Yaitu Negara dengan Penghasil Sampah Terbanyak di Lautan terutama Plastik. Kalau melihat pada angka-angka yang diberikan memang Indonesia masih tergolong tinggi sekalipun masih unggul karena peringkat kita masih di bawah beberapa negara termasuk Filipina. 

Lantas yang mencengangkan ketika berkaca pada populasi penduduk justru India dan China yang secara asumsi mustinya dengan penduduk banyak pasti menghasilkan banyak sampah bisa berkurang drastis bahkan kalah dengan Filipina yang wajar sebagai negara kepulauan yang hidup dalam lautan namun penduduk masih relatif sedikit dibanding 2 negara padat tersebut.  Jumlah keduanya memang lebih tinggi dari Indonesia tapi mengapa mereka bisa menahan laju pergerakan sampah agar sampai di laut. Begitu juga agak heran dengan Malaysia, mungkin untuk saat ini boleh kita bersyukur sedikit atas keberhasilan kita menyaingi Malaysia. 

Ya, dalam hal seberapa besar sampah laut yang dibuang ke lautan kita. Lantas apa yang jadi keunggulan 2 negara besar India & China tersebut? Serta apa yang bisa dipetik berkorelasi pada seremoni yang kita rayakan saat ini. Serta apa yang musti diperlukan dan dipastikan oleh entitas negara sebagai penanggungjawab sekalipun kita juga punya moral untuk memastikan semua berjalan sebaik-baiknya?

Kuncinya adalah Inovasi, maka judul besar Inovasi harus digarisbawahi menaungi Narasi kaku yang selalu diucap sekalipun dengan pembawaan yang menarik didalamnya. Pentingnya Inovasi lahir dari buah pikiran kita atas segala sesuatu yang menjadi krisis, menjadi kebuntuan dari kita untuk menuntaskan sesuatu. Maka demikian, saya juga menyinggung bahwa kecerdasan masyarakat belum bisa dimaksimalkan dan digerakkan dalam skala yang lebih besar dalam mengatasi sampah tersebut. Pentingnya Waste to Energy dan Waste to Reuse sangat berarti bagi keberlanjutan hidup generasi mendatang. Bahkan Waste to Economy atau Circular Economy yang selalu digaungkan beberapa waktu terakhir. 

Isu Lingkungan memang rumit namun sangat urgent untuk selalu digaungkan. Perlu kolaborasi dan kepastian dari relasi kuasa untuk bisa meyakinkan makhluk sosial menggunakan rasionalitas mereka untuk menaungi tanggungjawab moral tersebut. Secara pribadi ini seperti mengurangi isu kriminalitas yang marak, bukan sekedar penegakan hukum berbasis sanksi saja yang sebenarnya harus dipertimbangkan. Melainkan pada sisi yang lebih sosial dan membumi, kita musti memikirkan bahwa sampah itu bisa menjadi sesuatu yang berguna dan bermanfaat. 

Seperti kriminalitas, bukan kita gerakkan patroli dan sanksi berat saja namun pikirkan motifnya yaitu tuntutan hidup karena ekonomi mempengaruhi. Seperti halnya sampah, menurut saya bukan hanya beri sanksi yang berat dan juga gencar untuk membersihkannya dari alam baik sungai maupun laut. Tapi pikirkan bahwa apa.yang kita cegah dan hindari bisa kita manfaatkan dengan bauran teknologi yang tentunya bisa menjawab tantangan sosial yang terjadi saat ini. Seperti Bank Sampah juga bagus dalam mencipta sebuah gerakan dan apabila dipastikan menjadi sebuah mandat dan berlangsung pada entitas keluarga. Tentu sangat berguna untuk masa depan ekonomi mereka juga, khususnya di kalangan yang menengah kebawah. 

Di tengah momentum krisis seperti ini, isu lingkungan jangan sampai tergerus. Namun narasi Green Economy tersebut harus mulai dicipta bahkan pada tatanan yang lebih mikro. Investasi kita harus mencapai pada titik tersebut. Jangan cuma melihat pada mentahnya untuk keberlangsungan atau keuntungan satu dua pihak. Namun kita juga musti menyadari bahwa dunia usaha dan negara sangat dibutuhkan untuk memberi rasa nyaman dan juga lapang untuk lebih memaksimalkan inovasi mereka, daya pikir mereka untuk lebih matang lagi mengembangkan sesuatu. 

Hal itu yang berlangsung di 2 negara besar seperti China dan India dimana Research and Development mereka sangat matang untuk dikelola dalam konteks lingkungan dan sampah tersebut. Ini menjadi semacam social credit bagi negara bukan hanya masyarakat bahwa ada tanggungjawab sosial dan moral yang harus dipenuhi bukan sebatas sanksi dan mencegah melainkan memastikan bahwa prinsip berkelanjutan tetap dipelihara. Mungkin hal ini bisa dikaji dalam sebuah Undang-Undang atau Perpres yang mengikat sebagai suatu mandatory rule yang harus dibumikan di seluruh negeri. Waste to Economy dan Waste to Reuse sangat efektif apalagi dinarasikan bahwa mereka lahir sebagai UMKM atau pelaku usaha baru dalam sebuah kehidupan ekonomi Nasional, belum lagi jika lebih besarnya menjadi Waste to Energy, yaitu Sampah bisa menghidupkan kita dan bahkan memberi topangan bagi industri lainnya melalui Pembangkit Listrik Tenaga Sampah. Menurut saya secara pribadi sangat efektif menselaraskan Green Economy harus dengan Green Energy. 

Belajar saja dari negara maju dan sebenarnya 2 negara India dan China sedang mengarah kesana. Sisi kemanfaatan selalu menjadi yang terutama daripada sisi keuntungan dalam teknologi maupun investasi nya. Ini harus menjadi budaya terutama generasi muda yang didukung oleh generasi lain terutama yang memegang kendali dalam struktur dan relasi kuasa sehingga tercipta sebuah kepatuhan bahwa masalah ini kelak bisa menjadi harapan dan keyakinan bisa teratasi dan mampu menaungi segenap tantangan yang ada. Makanya ada istilah Sampah menjadi Berkah, dan saatnya dengan akal yang diberikan Sang Pencipta kepada kita untuk segera diolah kepada sesuatu yang berguna. Demi Bumi yang lebih Lestari. 

Selamat Hari Peduli Sampah Nasional. Tuntas Kelola Sampah untuk Kesejahteraan 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun