Mohon tunggu...
Putri NurFelina
Putri NurFelina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa semester 7 Universitas Tidar

Humans are always lost and hurt by their lost and hurt by their own thoughts

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Gen-Z Berhasil Melewati Fase "Coming Soon" di Instagram Bisnisnya

26 November 2024   23:36 Diperbarui: 26 November 2024   23:36 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Entrepreneur. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcomp

Generasi Z dikenal sebagai generasi yang kreatif, melek teknologi, dan gemar berinovasi. Di era digital ini, banyak dari mereka yang menjadikan media sosial, terutama Instagram, sebagai wadah untuk mengekspresikan diri sekaligus memulai bisnis. Salah satu tren yang sering terlihat adalah fase 'coming soon', sebuah strategi promosi awal yang memanfaatkan rasa penasaran calon pelanggan.

Namun, tak jarang fase ini menjadi batu sandungan. Banyak yang berhenti di tengah jalan karena kurang persiapan atau strategi yang kurang matang, sering disebut 'proyek mangkrak'. Namun, berbeda dengan seorang mahasiswa Gen Z di salah satu kampus negeri di Purwokerto yang berhasil melewati fase 'coming soon' dan mencapai 'open PO'.

Tren bisnis online terus berkembang seiring dengan perkembangan teknologi dan perubahan perilaku konsumen. Meningkatnya penggunaan ponsel dan berbagai aplikasi seperti media sosial serta e-commerce membuat tren bisnis online meningkat. Penting untuk selalu mengikuti tren dan beradaptasi dengan perubahan agar bisnis tetap kompetitif, salah satunya dengan bisnis online.

Meskipun jurusannya tidak terkait dengan bisnis dan mengaku tidak memiliki dasar bisnis online yang baik, sejak kuliah semester empat ia sudah mulai berjualan tahu bakso dengan sistem 'open PO'. Dia memberanikan diri memulai usaha baru di bidang kuliner yang sudah banyak dikenal, namun dimodifikasi secara unik. Karena belum memiliki modal yang besar untuk membuka outlet usahanya, ia menggunakan sistem PO (pre-order) dan DO (delivery order). Dengan sistem penjualan seperti ini, ia berhasil menjual kurang lebih 200 pcs setiap 'open PO'.

Latar belakang Afla sebagai pecinta kuliner juga menjadi alasan kuat bahwa ia bisa memulai usahanya. Sejak sekolah hingga kuliah, ia gemar mengunjungi tempat kuliner dan berbagai festival kuliner yang diselenggarakan di kotanya. Ia telah mencicipi banyak makanan, khususnya bakso. Berbagai tempat jualan bakso ia datangi sehingga dapat mengetahui standar bakso yang enak dan kurang enak untuk direkomendasikan kepada teman-temannya.

"Karena saya suka merekomendasikan makanan kepada teman-teman dan banyak dari mereka yang merasa kurang pas dengan rasanya, muncul ide untuk coba membuat sendiri dengan menyesuaikan takaran yang sesuai di lidah anak-anak muda. Alhamdulillah, teman-teman saya cocok dengan bakso buatan saya. Akhirnya saya memodifikasi menggabungkannya dengan protein sehingga menjadi tahu bakso. Tahu bakso pakai cabai rawit untuk cigitan sudah biasa, jadi saya memodifikasi lagi dengan mencampur cabai cincang dan jamur ke dalam adonan baksonya agar lebih menarik dan enak," tuturnya.

Meski persaingan bisnis kuliner sangat ketat, Afla menganggap kompetisi sebagai motivasi untuk terus berkembang. "Persaingan menuntut kita untuk menciptakan sesuatu yang berbeda dengan ide kreatif dan inovatif. Konsistensi dalam menjalankan bisnis itu nggak gampang. Kita harus pintar menyelesaikan masalah, mengikuti perkembangan digital, dan bergerak cepat agar tidak tertinggal," tambahnya.

Menurut Afla, dalam menjalankan usaha pasti ada pelajaran yang bisa diambil untuk dijadikan sebagai loncatan di kemudian hari. Dengan demikian, sebuah usaha akan dapat berjalan lancar dengan mengambil pelajaran dari pengalaman ketika diterpa berbagai keadaan yang tidak menyenangkan, seperti keluhan pelanggan.

"Momen pelajaran itu mungkin terjadi saat berada di zona tidak nyaman, seperti saat keluhan pelanggan karena keterlambatan pengantaran akibat cuaca musim hujan. Tidak hanya itu, pelanggan sepi atau tidak penuh slot saat PO (pre-order) juga dijadikan pelajaran. Kan namanya usaha, ada naik turunnya, dan ketika turun seperti dihadapkan pada tantangan seberapa konsisten kita harus mencari ide lagi untuk ke depannya. Jadi, momen itu yang paling berkesan untuk dijalani, makanya harus dipacu untuk lebih kreatif lagi," ucapnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun