Mohon tunggu...
Cerpen

Pengorbanan

14 November 2016   17:57 Diperbarui: 14 November 2016   18:03 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

   Gedung mewah tersebut sedang ramai dengan para pegawai negeri yang sedang berpesta pora. Disana ada alunan musik indah yang mengiringi malam itu. Mereka tidak tahu siapa yang berkerja sebenarnya untuk menemukan dan menghasilkan makanan-makanan yang tidak mereka habiskan dan mereka buang-buang. Bagaimana susahnya para rakyat menghasilkan makanan-makanan tersebut. 

   Seorang bernama Adi, berkerja di daerah penghasil kopi yang tidak jauh dari gedung tersebut. Adi sering diam-diam pergi ke belakang gedung tersebut untuk mengambil makanan-makanan sisa yang dibuang dari pesta-pesta itu. Adi sudah berumur 15 tahun. Ia lahir pada saat yang susah dan juga hidup di saat yang susah. Adi juga sudah mengikuti kerja paksa yang diadakan para tentara dari Belanda

   Pada suatu ketika, Adi jatuh sakit. Adi tetap harus berkerja rodi karena dipaksa oleh para tentara Belanda. Saat berkerja, Adi dipukuli sampai ia pingsan. Adi telah terpisah dari orang tuanya sejak kecil. Seorang perempuan yang melihat kejadian itu merasa kasihan pada Adi, sehingga perempuan itu menghampiri Adi yang masi belum sadar diri. Perempuan itu meminta pada pria lain untuk membantunya membawa Adi kerumahnya setelah mereka semua juga sudah selesai berkerja. Selama beberapa hari, Adi tidak sadarkan diri. Perempuan itu terus merawat Adi. Beberapa hari kemudian, Adipun sadarkan diri. Ia mulai mengangkat tubuhnya yang masih sedikit lemas. 

Adi kebingungan karena ia tidak tahu dimana dirinya berada. Perempuan itu tersenyum saat ia melihat Adi sudah bangun. Ia menghampiri Adi dan membawakannya makanan dan minuman. Perempuan itu juga menyuapi Adi karena saat Adi mencoba mengangkat tangannya, ia tidak bisa. Adi juga melihat tangannya itu dibalut. Perempuan itu merawat Adi dan menyembunyikannya dari tentara Belanda yang lewat. Jika dipandang dari fisiknya, perempuan itu baru berumur kisaran 20 tahunan. Karena kemandirian perempuan itu, bisa dikatakan juga ia telah biasa hidup sendiri. 

   Beberapa bulan telah berlalu. Adi pun juga masih belum tahu nama perempuan itu. Adi pun menanyakannya. Perempuan itu bernama Ningsih. Saat mengetahui bahwa Ningsih ternyata berumur tidak jauh dari dirinya, Adi menganggap Ningsih sebagai kakaknya. 

   Adi tidak dapat kembali berkerja, karena tangan kirinya masih tidak bisa digerakkan karena kemungkinan adanya patah tulang. Tetapi karena tidak ada dokter di daerah itu, atau dokter yang disediakan oleh pihak Belanda, Adi selalu bersembunyi dibalik Ningsih di rumah Ningsih. Setiap hari pada saat tentara Belanda lewat, Adi akan bersembunyi di bawah Kasur Ningsih yang tertutupi kain. Ningsih dan Adi pun sudah hafal dengan waktu-waktu kapan tentara Belanda lewat. 

Pada malam hari, Ningsih selalu keluar dan pergi ke belakang gedung mewah yang tidak jauh dari sana dan mengambil makanan sisa yang dibuang dari pesta para pegawai negeri. Sementara, Adi yang menunggunya dirumah memberes-bereskan rumah Ningsih karena sejak saat Adi dirawat, Adi menginap di rumah Ningsih. Dengan begitulah Ningsih dan Adi bisa bertahan hidup dengan makanan yang seadanya. 

   Beberapa bulan kemudian, ada saatnya Ningsih jatuh sakit. Adi pun harus melakukan segala pekerjaan yang biasanya dilakukan Ningsih dan juga perkerjaan yang dilakukan Adi. Karena Adi hanya memikirkan kesehatan “kakak”nya itu, Adi sampai lupa waktu. Saat Adi pulang ke rumah setelah mencari makanan dari belakang gedung, tentara Belanda sedang lewat. Dengan segera, para tentara mengejar Adi sampai masuk ke dalam rumah Ningsih. Ningsih yang sedang berbaring seketika berdiri dan meraih tangan Adi. Ningsih juga berkata bahwa ia akan membantu Adi lari dari sergapan tentara ini karena Ningsih juga sudah mengalami sakit yang parah. 

Adi pun menangis, ia memeluk Ningsih dengan erat dan terpisah karena tentara Belanda yang telah masuk ke rumah Ningsih menariknya. Setelah mereka berdua ditarik keluar, Ningsih memberontak dan kejadian itu membuat Adi bisa lari dari genggaman tentara Belanda. Sebelumnya, Adi juga sudah berjanji kalau ia akan menyelamatkan Ningsih. Tetapi hal itu tidak akan terjadi. Setelah Adi lari jauh dari kumpulan tentara yang menangkapnya, ada terdengar suara tembakan dan teriak seorang perempuan. Ningsih tertembak karena ia memberontak terlalu keras. Adi tidak dapat menahan air matanya lagi. Adi berlari semakin menjauh dan menjauh dengan hati yang terluka.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun