Zero waste bukan hanya tentang mengurangi sampah plastik atau mendaur ulang barang bekas. Ia bisa dimulai dari sesuatu yang lebih dekat, lebih sederhana, tetapi sering diabaikan, yaitu dari piring kita sendiri.
Jangan biarkan sebutir nasi tertinggal dan terbuang. Makanlah dengan cukup, tidak berlebihan, dan habiskan apa yang sudah kita ambil. Ini bukan sekadar kebiasaan, tetapi bentuk nyata dari rasa syukur.
Sebab, setiap butir nasi di piring kita adalah hasil dari proses panjang dan penuh perjuangan. Ada jerih payah petani yang bekerja di bawah terik matahari, membajak sawah dari pagi hingga siang. Ada proses panjang dari panen, penggilingan, hingga beras itu sampai ke rumah kita. Dan di balik sepiring nasi, ada kerja keras suami atau ayah kita yang banting tulang mencari nafkah, memastikan keluarga bisa makan dengan layak.
Jika kita tidak mampu mensyukuri yang sedikit, bagaimana mungkin kita bisa mensyukuri yang banyak?
Zero waste dari piring sendiri juga berperan dalam menjaga kebersihan. Biasakanlah menaruh piring dalam keadaan benar-benar bersih di bak cuci piring. Jangan biarkan sisa makanan, duri ikan, atau tulang ayam bercampur di sana. Buang sisa yang tak bisa dimakan, lalu baru letakkan piring untuk dicuci. Ini bukan hanya soal estetika, tapi juga menjaga saluran air agar tidak tersumbat oleh sisa makanan yang menumpuk.
Mulailah dari hal kecil, perhatikan dengan benar. Jika kita sudah terbiasa, maka tahapan zero waste selanjutnya tidak akan terasa sulit.Â
Sebab, kebiasaan baik bermula dari hal terkecil, dari disiplin diri sendiri, dari piring yang kita bersihkan, hingga cara kita mensyukuri setiap rezeki yang Allah titipkan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI