Mohon tunggu...
Ferra ShirlyAmelia
Ferra ShirlyAmelia Mohon Tunggu... Perencana Keuangan - istri yang suka menulis dan minum kopi

senang bekerja dan belajar dari rumah

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

10 Langkah Bebas Finansial: 2025 Sudah Saatnya Bebenah

4 Januari 2025   09:00 Diperbarui: 7 Februari 2025   23:06 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Sumber: https://www.pexels.com

Dalam hidup, sering kali kita terjebak pada keinginan untuk terlihat lebih di mata orang lain. Sayangnya, gaya hidup yang berlebihan tanpa perencanaan hanya membawa masalah finansial yang berkepanjangan. Akibatnya, banyak orang mengorbankan stabilitas keuangan demi mempertahankan citra sosial.

Padahal, hidup bukanlah tentang gengsi, melainkan bagaimana kita bisa bijak mengelola apa yang kita miliki. Tahun 2025 adalah momen yang tepat untuk melakukan perbaikan menuju kebebasan finansial secara pasti dan terus bertumbuh dari hari ke hari. Karena kebebasan finansial tidak hanya terpaku pada berapa banyak uang yang sudah kita miliki, tetapi lebih pada bagaimana kita bisa mengelola dan memanfaatkannya dengan bijak, bisa hidup nyaman tanpa tekanan hutang dan kekhawatiran di masa depan.

Namun, kebebasan finansial akan menjadi mustahil tanpa kita usahakan. Karena ia adalah hasil dari keputusan-keputusan kecil yang kita ambil setiap harinya. Pola lama yang salah dalam mengelola keuangan seperti berikut ini harusnya segera kita hindari dan perbaiki. 10 diantaranya yaitu:

1. Lebih Mengutamakan Gaya Hidup daripada Kebutuhan
Membeli gadget terbaru atau mengikuti tren fashion hanya untuk terlihat up to date, padahal kebutuhan pokok belum terpenuhi.

2. Tidak Punya Dana Darurat
Banyak orang hidup tanpa cadangan keuangan, sehingga ketika terjadi situasi darurat, seperti sakit atau kehilangan pekerjaan, mereka terpaksa berhutang.

3. Impulsive buying
Terlalu mudah membeli sesuatu tanpa perencanaan atau pertimbangan matang sebelumnya, seperti lapar mata saat bepergian, saat di mall, online shop, atau melihat iklan di media sosial. Termasuk mudah tergiur membeli barang diskon atau promosi padahal sebenarnya kita tidak membutuhkannya.

4. Mengandalkan Kartu Kredit termasuk pay later
Sudah hutang, riba lagi. Meskipun dengan iming-iming bunga 0%, saya pribadi sebagai muslim tetap memilih menjauhinya dan tidak mau menggunakannya lagi, karena:

  • Bunga yang Membengkak: Baik kartu kredit maupun pay later biasanya memiliki bunga tinggi. Jika kita tidak mampu melunasi pembayaran tepat waktu, hutang kita akan terus bertambah dan sulit dilunasi.
  • Perilaku Konsumtif: Kemudahan bertransaksi sering kali membuat seseorang membeli barang yang tidak diperlukan, sehingga pengeluaran semakin tidak terkendali.
  • Menjadi Beban Finansial Jangka Panjang: Ketergantungan pada utang konsumtif dapat menguras pendapatan, karena sebagian besar uang hanya digunakan untuk membayar bunga dan cicilan.
  • Konsekuensi Moral dan Spiritual: Dalam pandangan agama Islam, bunga atau riba adalah sesuatu yang dilarang dan merugikan, baik secara finansial maupun spiritual. Hal ini membuat hutang riba menjadi beban yang lebih berat secara emosional.

5. Tidak Mencatat dan Mengontrol Pengeluaran
Tidak mencatat pengeluaran harian menyebabkan kebocoran kecil yang tidak terasa, seperti membeli rokok, sering makan di luar, belanja tanpa rencana, boros dalam pemakaian listrik, langganan streaming yang tidak dibutuhkan, dsb.

6. Tidak Menyisihkan Uang untuk Tabungan dan Investasi
Selalu menghabiskan seluruh pendapatan setiap bulan tanpa menyisihkan untuk masa depan, sehingga tidak ada aset yang bisa dikembangkan.

7. Tidak Bijak Membelanjakan Bonus atau Pendapatan Tambahan
Menggunakan bonus akhir tahun untuk belanja barang mewah atau liburan tanpa menyisihkan sebagian untuk tabungan/investasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun