MetLife Stadium, New Jersey, menjadi panggung drama tanpa gol saat dua tim besar dari dua benua saling bentrok dalam laga pembuka Grup F Piala Dunia Klub FIFA 2025. Fluminense dari Brasil dan Borussia Dortmund dari Jerman bermain imbang 0-0 dalam pertandingan yang lebih menggugah rasa penasaran ketimbang memuaskan dahaga gol.
Ketika Fluminense Menari, Kobel Menjawab
Fluminense datang dengan gaya khas Amerika Selatan: penguasaan bola yang dominan, sentuhan pendek, dan ritme samba yang memabukkan. Namun semua usaha itu seolah teredam oleh satu nama: Gregor Kobel. Penjaga gawang Borussia Dortmund itu tampil seperti tembok Berlin yang tidak runtuh.
Sepanjang babak pertama, peluang demi peluang diciptakan oleh John Kennedy, Ganso, hingga Jhon Arias. Namun semuanya ditelan kobaran penyelamatan yang dilakukan Kobel dengan refleks kelas dunia. Bola datang, Kobel terbang. Bola menyusup, Kobel membaca. Jika laga ini adalah balet, Kobel adalah penari utama yang menolak skenario lawan.
Dortmund yang Hemat Energi, Tapi Efektif Bertahan
Dortmund bermain pragmatis. Tanpa Jude Bellingham yang kini berseragam Real Madrid, lini tengah Die Schwarzgelben kerap kalah duel dari Andr dan Marcelo. Namun begitu, mereka tidak menyerah.
Masuknya Jobe Bellingham dan Jamie Bynoe-Gittens di babak kedua memberi sedikit napas, meski tetap gagal membongkar pertahanan Fluminense. Edin Terzi tampak lebih memilih menjaga keseimbangan daripada memaksakan kreativitas.
Lapangan Bermasalah, Gol Pun Mandul
Salah satu faktor utama mandulnya laga ini disebut-sebut berasal dari kondisi rumput MetLife Stadium. Banyak pemain yang terpeleset atau kehilangan kontrol saat menggiring bola. Pelatih dari kedua tim secara terang-terangan mengeluhkan kualitas lapangan yang dianggap tak layak untuk turnamen kelas dunia.
Di era sepakbola digital dan teknologi VAR, siapa sangka masalah klasik seperti rumput masih bisa memengaruhi hasil akhir?
Apa Artinya 0-0 Ini?