Setelah memahami tantangan ekonomi Indonesia tahun 2025 seperti yang dijelaskan pada artikel Bagian 1, kini saatnya merumuskan strategi keluar dari kebuntuan struktural ini. Indonesia membutuhkan pendekatan kolaboratif yang holistik, adaptif, dan berbasis data untuk memulihkan fungsi intermediasi perbankan, meningkatkan kepercayaan masyarakat, dan mendorong pertumbuhan kredit secara berkelanjutan.
Peluang dari Kebijakan Bank Indonesia
Bank Indonesia sudah mulai menyusun langkah taktis untuk menanggulangi dual shock dari sisi permintaan dan penawaran:
- Penurunan BI Rate ke 5,25% untuk mendorong konsumsi dan investasi.
- Pelonggaran Rasio Pendanaan Luar Negeri (RPLN) dari 30% menjadi 35%.
- Penurunan rasio Penyangga Likuiditas Makroprudensial (PLM) sebesar 100 basis poin.
- Fleksibilitas repo untuk meningkatkan keluwesan bank dalam mengelola dana.
Langkah ini membuka ruang manuver yang lebih luas bagi bank dan pelaku usaha untuk mengoptimalkan sumber pembiayaan dan pengelolaan likuiditas.
Strategi Kolaboratif & Solusi untuk Semua Pemangku Kepentingan
1. Untuk Pemerintah Pusat
- Dorong stimulus fiskal sektoral yang menyasar sektor padat karya dan UMKM untuk meningkatkan daya beli.
- Tingkatkan digitalisasi data ekonomi mikro, agar kebijakan lebih berbasis pada perilaku real-time.
- Bangun komunikasi publik yang kuat untuk membangun kembali harapan ekonomi masyarakat.
2. Untuk Bank Indonesia dan OJK
- Tingkatkan literasi kredit dan digital banking agar masyarakat paham manfaat pinjaman produktif.
- Dorong transparansi bunga kredit dan biaya pinjaman untuk memulihkan kepercayaan nasabah.
- Lakukan segmentasi insentif likuiditas khusus untuk sektor prioritas nasional.
3. Untuk Perbankan
- Buat skema kredit inovatif berbasis kebutuhan sektor informal seperti mikro-pinjaman otomatis.
- Optimalkan transformasi digital dengan AI dalam scoring kredit untuk memperluas akses pinjaman.
- Bangun kembali reputasi kepercayaan publik, melalui peningkatan layanan dan transparansi.
4. Untuk Masyarakat dan Dunia Usaha
- Alihkan tabungan ke investasi produktif, seperti reksa dana, obligasi negara ritel, atau koperasi digital.
- Gunakan kredit untuk ekspansi usaha atau kebutuhan strategis, bukan konsumsi impulsif.
- Tingkatkan pemahaman manajemen keuangan pribadi, termasuk cashflow dan likuiditas keluarga.
Rekomendasi Aksi Nasional (Nasional Action Plan)
- Peluncuran Gerakan Nasional "Produktif Tanpa Takut Kredit", sinergi BI, OJK, dan Kemenkop.
- Pembentukan Dana Likuiditas Sektor Prioritas (DLSP) untuk mendukung sektor agrikultur, energi hijau, dan industri strategis.
- Pembuatan Dashboard Transparansi Ekonomi Publik (DTEP) berbasis AI untuk menyatukan data makro dan mikro agar kebijakan terintegrasi.
- Modernisasi Produk Perbankan Syariah agar lebih kompetitif dan menarik bagi generasi muda.
- Kemitraan Pemerintah-Swasta dalam edukasi finansial berbasis komunitas dan digital platform.
Kesimpulan