[caption id="attachment_368338" align="aligncenter" width="300" caption="Rektor universitas Terbuka Tian Belawati menyampaikan presentasinya bertajuk Online Learning dihadapan peserta acara Higher Education Leadership and Management yang diselenggarakan oleh Majelis Perguruan Tinggi Negeri dengan USAID (Dok. Pribadi)"][/caption]
MEMPEROLEH pendidikan tinggi mestinya dirasakan oleh seluruh masyarakat. Lalu bagaimana, misalnya, seorang yang tinggal di balik puncak gunung Jayawijaya. Apakah ia bisa mengakses pendidikan tinggi tanpa harus datang ke kota? Universitas Terbuka menjawab tantangan tersebut.
Rektor Universitas Terbuka Tian Belawati mengatakan, filosofi Universitas Terbuka (UT) adalah pembelajaran terbuka untuk seluruh masyarakat di berbagai tempat baik itu secara formal, bukan formal, dan infromal. Konsep pembelajaran UT di seluruh dunia adalah terbuka dan jarak jauh. Karena sifatnya jarak jauh salah satu metodenya adalah menggunakan sistem dalam jaringan (daring). “Universitas Terbuka hadir memberikan akses pendidikan tinggi tanpa dibatasi tempat dan waktu antara dosen dan mahasiswa,” jelas Tian dalam acara International Symposium Higher Education Leadership and Management diadakan, Kamis (28/5), di Bogor.
Di Asia, ada sekitar 70 lembaga pendidikan formal dan bukan formal dengan 8 juta mahasiswa yang menerapkan pembelajaran jarak jauh daring. Di Amerika, sekitar 91,3 persen dari 2.8000 institusi pendidikan menilai bahwa pembelajaran daring merupakan pembelajaran yang strategis di masa depan.
Yang menarik dalam model pembelajaran UT ini adalah karena sistemnya memanfaatkan media teknologi. Dahulu modelnya adalah koresponden, multimedia (audio tape, video tape), tele-learning (audio-teleconferencing, videoconferencing, radio), flexible learning (interactive multimedia, computer mediated communication), dan intelligent fleksibel learning (computer mediated). Saat ini, model pembelajaran terbuka dan jarak jauh berupa adalah model konektivitas/jaringan (media sosial). Pembelajaran elektronik
Meskipun pembelajaran daring ini sudah maju, namun juga memiliki tantangan. Tian mengungkapkan bahwa belajar daring itu harus bisa diakses, hadir di mana saja, terbuka, dan masif. Di sisi lain, katanya, UT harus tetap berkualitas, interaktif, personalitas, dan mempromosikan mahasiswa berperestasi. Interaktif adalah pembelajaran dua arah antara dosen dan mahasiswa, sedangkan personalitas adalah pendekatan dosen dengan menghafal nama mahasiswa. “Padahal satu mata kuliah pada UT jumlah mahasiswa bisa mencapai 100 hingga 750 orang,” ujarnya.
Tian menambahkan, model pembelajaran jarak jauh ini telah dipakai oleh pemerintahan daerah, kementrian, BUMN, serta perguruan tinggi lainnya. Dalam waktu dekat, pihaknya akan memberikan layanan internet gratis melalui “wifi ID” jaringan telkom di seluruh pelosok Indonesia kepada mahasiswa UT.