Mohon tunggu...
Febri surya
Febri surya Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

🏴‍☠️

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Askara

24 Februari 2021   11:11 Diperbarui: 24 Februari 2021   11:22 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku pun merasa kan hal yang sama dengan rekan rekan satu tim ku, ya aku masuk dalam jebakan mereka, aku yang terbawa emosi tak sengaja memukul kepala salah satu tim SMA MEGA MENDUNG. Dan lapangan pun riuh para pemain cadangan turun kelapangan untuk melereai rekan rekan ku yang terlibat baku hantam dikarenakan oleh kejadian ku barusan. hal itu membuat ku di keluarkan dari lapangan. Aku hanya merenungi kesalahan ku yang begitu fatal sehingga membuat ku tidak bisa bermain lagi. Pelatih pun menghampiri ku, terlihat mimik wajah nya yang begitu ingin memuntahkan kemarahannya pada muka bersalahku, nasihat nasihat tersebuh masuk ke kepala ku. Dan rasanya aku semakin bersalah telah melakukan hal yang bodoh tadi. Tim kami pun kalah pada awal petandingan kami di kejuaraan itu, tim kami gugur.

Pulang dengan membawa banyak kesalahan, kesalahan karena telah membohongi kedua orang tua, kesalahan karena bermain dengan tidak fair. Seharusnya bisa lebih baik dari sebelumnya tapi kesalahan tidak pernah luput. Dengan raut wajah yang terlihat sedih aku lalu pulang ke rumah langsung dari tempat pertandingan ku, tanpa menyinggahi rumah Devano. Aku membawa banyak perlengkapan basket ku pada ransel yang ku bawa.

Ibu terheran melihat wajahku yang muram Ketika sesampai nya di rumah, " kenapa a, ko cemberut gitu?." Lantas aku hanya diam dan tidak menjawab pertanyaan ibu. Lalu bapa datang sepulang kerja nya, dengan bodohnya aku menyimpan tas yang berisi perlengkapan basket ku di luar kamar sehingga Ketika bapa pulang, dia melihatnya. Saat itu pun bapa sudah mengerti aku telah melakukan apa, sejak saat itu bapa tidak pernah mengobrol dengan ku dia selalu diam bahkan Ketika aku bertanya kepadanya. Aku sadar aku telah melakukan kesalahan yang begitu besar. Nilai pun Kembali merosot, padahal ujian sudah didepan mata, tetapi entah mengapa semakin mendekati hari ujian diriku malah semakin malas untuk belajar. Kukira basket akan menjadi cahaya bagi ku untuk menuntun ku menuju kesuksesan, begitu mungkin yang memenuhi pikiran ku saat ini. Sejak seusai pertandingan itu aku selalu menyalahkan diriku sendiri atas apa yang terjadi dalam hidupku, dalam hal apapun itu.

Ujian pun tiba, aku tidak punya banyak persiapan untuk ini. Devano menghampiriku, dia bertanya apakah aku belajar untuk ini di rumah, lantas aku hanya diam dan tertawa. Devano mengakui bahwa dirinya pun tidak mempersiapkan hal ini. Aku mengerjakan lembar demi lembar dengan sangat tidak percaya diri.

" nih Ma, ada contekan hihi, mau ga." Bisik Devano ketika ujian sedang berlangsung.

" engga ah, aku ga biasa mencontek hahaha." Membalas bisikan Devano. Karena aku tidak biasa mencontek dan aku hanya mau mengisi lembaran lembaran soal ujian itu dengan kemampuanku sendiri. Hari hari ujian pun ku lewati dengan rasa penuh tidak percaya diri. Karena nilai ku yang terus anjlok aku pun tidak termasuk siswa elegible, padahal masuk perguruan tinggi lewat jalur SNMPTN adalah salah satu impian ku, tapi harapan itu harus pupus karena kesalahanku. Hasil ujian pun di umumkan, aku tidak menyangka nilai ku tidak terlalu buruk, tetapi tetap saja tidak membuat hari ku menjadi lebih baik karena aku tidak bisa mengikuti SNMPTN. Aku hampir saja menyerah dihantui oleh rasa bersalahku. Sehari harinya aku hanya aku hanya bediam diri di kamar dan tak tahu harus melakukan apa lagi.

Sinar matahari menyoroti mata ku, membuatku terpejam. Lalu aku mandi untuk pergi ke sekolah, di sekolah wajah ku selalu murung rasa nya tidak ada lagi harapan untuk masuk PTN.

" udah lah Ma , gausah terlalu kecewa karena gabisa mengikuti SNMPTN." Ucap Devano yang seakan akan ingin memberi semangat.

" Tapi SNMPTN itu salah satu impian ku biar masuk perguruan tinggi negri Dev." Jawabku.

"kan masih ada jalur SBMPTN Ma , kenapa kamu ga coba memperjuangkannya." Devano memberiku saran agar mengikuti SBMPTN.

"tapi aku ga percaya diri kalo ikut SBMPTN." Jawabku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun