Masa anak-anak merupakan masa setiap manusia/individu lahir di dunia dari rahim seorang ibu untuk memulai keberlanjutan hidupnya, disebut juga pranatal.  Seorang Psikolog bernama Kohnstamm berpendapat bahwa  masa anak-anak dibagi menjadi 3 tahapan. Pertama masa anak-anak usia 0-3 tahun (tahap vital dan menyusui). Pada masa ini anak-anak sangat membutuhkan kasih sayang orangtua, belaian dan elusan-elusan dari tangan seorang ibu. Tak kalah pentingnya pada masa ini anak wajib diberikan ASI. Seorang Ibu harus memberikan ASI pertamanya, agar anak memperoleh kedekatan emosional dengan seorang ibu, lebih pentingnya anak mendapatkan perlindungan tubuh supaya terhindar dari berbagai penyakit, sebagaimana diketahui khalayak ASI merupakan obat kekebalan tubuh bagi seorang bayi. Tahap selanjutnya yakni masa usia 3-6 tahun (masa fantasi dan bermain). Pada masa ini, anak-anak akan lebih suka bermain dan berfantasi. Hal ini dikarenakan mereka sudah mulai mengenal sesuatu yang baru, anak-anak akan sangat senang jika disekitarnya menemukan benda dan orang baru. Anak-anak mudah meniru sesuatu di sekelilingnya, mudah mengingat dan menirukan. Otak mereka masih segar, belum terkontaminasi dengan hal-hal negatif. Jika pada masa ini anak-anak berada di lingkungan positif, maka kelak ketika dewasa mereka akan menirunya.Â
Namun sebaliknya jika pada masa ini mereka berada di lingkungan negatif, maka mereka akan terbiasa dengan hal-hal negatif, contohnya jika seorang anak berada lokasi perjudian, tidak mustahil memorinya juga dapat terkontaminasi. Masa terakhir yakni usia 6-12 (masa intelektual). Pada tahapan ini anak sudah bisa berfikir dan menganalisis. Anak-anak akan mempunyai lingkungan baru di sekolahan.  Orang tua harus mengerti dan memahami dalam  memilih sekolah terbaik bagi anak-anaknya. Hal ini  bertujuan adalah agara anak-anak mereka mendapatkan pendidikan khalayak dan bermutu terutama pemahaman tentang multikulturalisme.
Menanamkan pendidikan multikulturalisme pada anak-anak usia 6-12 tahun sangatlah penting. Saat usia itu, mereka mengenyam pendidiak sekolah dasar (SD), fikiran atau isi otak belum banyak terisi tentang pengetahuan. Disamping itu pengalamannya masih terbatas, nalurinya jernih. Disinilah peran orang tua, guru dan lingkungan menanamkan pemahaman awal tentang multikultural. Multikulturalisme adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan pandangan seseorang tentang keberagaman di dunia, baik dari sisi budaya, sejarah, ras dan agama. Maka, menurut saya pribadi multikulturalme adalah faham untuk menerima beragam kebudayaan, agama, suku dan ras yang berada di masyarakat plural. Faham multikultural sangat relevan jika berada di masyarakat Indonesia, karena bangsa Indonesia merupakan bangsa majemuk, mempunyai latar belakang sejarah kompleks, puluhan suku,ribuan berbagai penganut agama.
Jika anak-anak sudah mempunyai landasan kuat tentang faham multikultural, tak mustahil saat usia dewasa atau remaja mereka akan lebih mudah menerima perbedaan, saling menghargai, gotong royong serta hidup rukun di lingkunganya. Terpenting mudah diterima oleh siapapun dan hidup mudah dimanapun. Dapat menghindari sentimen  yang bernuansa SARA, tidak mudah terhasut oleh propaganda golongan-golongan tertentu. Lebih mencintai kedamaian daripada peperangan, mengedepankan cinta daripada permusuhan, mendahulukan kepentingan bersama daripada kepentingan individu atau golongan.Â