Mohon tunggu...
Febrihada Gahas
Febrihada Gahas Mohon Tunggu... Dosen - Menulis (bebas) biar bahagia !!!

LECTURER

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dua Tuntutan Dasar Supir Angkot Tanah Abang Mendemo

30 Januari 2018   12:20 Diperbarui: 31 Januari 2018   07:28 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya tinggal di Jakarta daerah Cideng, Jakarta pusat. Kebetulan daerah tersebut dekat sekali dengan stasiun dan pasar tanah Abang. Daerah yang awalnya semrawut oleh para pedagang dan pejalan kaki sekarang sudah mulai tertib, meskipun penataanya masih menuai pro-kontra dari berbagai kalangan. Sejatinya saya dan warga tidak mempersoalkan pro-kontra tersebut.  Buktinya, sampai sekarang warga di daerah saya, adem -ayem dengan kesibukanya masing-masing.

Menariknya, saya sebagai warga tanah abang mencoba menuliskan penyebab terjadinya demo oleh para sopir angkot. Menurut felling saya, demo  sopir angkot satu tema dengan pro-kontra penataan ketertiban stasiun dan pasar tanah abang. Sebagaimana pengetahuan saya, tuntutan para pendemo (demonstran) yakni meminta pemerintah DKI menyetop layanan bus gratis. Kemudian, membuka kembali jalan Jatibaru.

Jika dilihat dari kedua tuntutan para pendemo, menurut hemat saya persoalan mendasarnya masalah ekonomi. Bisa dibayangkan jika bus transj Tanah abang Ekplore terus dioperasikan apalagi secara gratis, pastinya warga berebutan memilih angkutan tersebut. Bahkan saya pun akan menumpanginya. Kan lumayan gratis, hehehehe. Namun para sopir kehilangan sebagian besar penumpangnya.

Kedua, meminta jalan jatibaru dibuka, kalau jalan Jatibaru terus ditutup, otomatis sopir angkot tidak bisa menaikkan penumpang di di depan stasiun. Karena jalur-jalur yang akan dilintasi tertutup.  Dampaknya mengurangi pendapatan harian sopir angkot yang rutin mencari  penumpang di depan stasiun. Padahal sebagian besar para sopir angkot mencari penumpang di daerah tersebut. Pemerintah DKI Jakarta sendiri menutup jalan Jatibaru sebagai jalan keluar penertiban pedagang kaki lima (PKL).

 Jadi, kedua tuntutan tersebut harus dipikir matang-matang (kayak buah aja ya) oleh pemerintah DKI. Karena, Jika kedua tuntutan mendasar para sopir angkot tanah abang tidak terpenuhi, secara otomatis demo tidak akan usai, pastinya jadi tontonan warga. Pada prinsipnya, sopir angkot tidak mau kekurangan volume penumpang, apalagi pendapatan sehari-hari. Wajarlah hal itu,  biasanya sopir angkot menghasilkan 100-150 perhari berkurang menjadi 50-70 perhari. Kan kasihan para sopir angkotttttt..........

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun