Mohon tunggu...
Diyan Pebriani
Diyan Pebriani Mohon Tunggu... Lainnya - Qalbuha Afidza

Qs.MUhammad : 7

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Analisis Komprehensif Kekuatan Islam di Indonesia Dalam Menyongsong Kebangkitan

23 Februari 2021   20:45 Diperbarui: 23 Februari 2021   21:06 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Manusia diciptakan oleh Allah sebagai penerima dan pelaksana ajaran sehingga ia ditempatkan pada kedudukan yang mulia. Untuk mempertahankan kedudukannya yang mulia dan bentuk pribadi yang bagus itu, Allah melengkapinya dengan akal dan perasaan yang memungkinkannya menerima dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan membudayakan ilmu yang dimilikinya.Ini berarti bahwa kedudukan manusia sebagai makhluk yang mulia itu karena akal dan perasaan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang seluruhnya dikaitkan kepada pengabdian pada Pencipta[11]

 Potensi-potensi yang diberikan kepada manusia pada dasarnya merupakan petunjuk (hidayah) Allah yang diperuntukkan bagi manusia supaya ia dapat melakukan sikap hidup yang serasi dengan hakekat penciptaannya. Sejalan dengan upaya pembinaan seluruh potensi manusia, Muhammad Quthb berpendapat bahwa Islam melakukan pendidikan dengan melakukan pendekatan yang menyeluruh terhadap wujud manusia, sehingga tidak ada yang tertinggal dan terabaikan sedikitpun, baik dari segi jasmani maupun segi rohani, baik kehidupannya secara mental, dan segala kegiatannya di bumi ini. Islam memandang manusia secara totalitas, mendekatinya atas dasar apa yang terdapat dalam dirinya, atas dasar fitrah yang diberikan Allah kepadanya, tidak ada sedikitpun yang diabaikan dan tidak memaksakan apapun selain apa yang dijadikannya sesuai dengan fitrahnya. Pendapat ini memberikan petunjuk dengan jelas bahwa dalam rangka mencapai pendidikan Islam mengupayakan pembinaan seluruh potensi secara serasi dan seimbang.[12]

 

Stabilitas Ekonomi

ekonomi syariah akan menjadi pondasi kuat yang menjaga Indonesia dari segala tantangan global di masa depan. Sehingga, percepatan pengembangan ekonomi syariah menjadi salah satu fokus utama pemerintah untuk memperkuat ekonomi nasional.

"Untuk memperkuat struktur ekonomi nasional, baik sekarang maupun di masa depan, ekonomi syariah menjadi solusi yang dapat ditempuh," kata Dody, dalam pembukaan IIMEFC 2018, di Grand City, Surabaya, Kamis (13/12).

Ia mengatakan ekonomi syariah telah terbukti sebagai jalan keluar dari ketidakstabilan ekonomi. Selama masa krisis, tambahnya, fundamental industri keuangan Islam terbukti tetap kuat. Ekonomi dan keuangan Islam mengandung nilai-nilai yang condong ke arah keadilan. Sistem ekonomi syariah tidak fokus pada percepatan melainkan kestabilan dan berkesinambungan.

Imam besar Masjid New York Shamsi Ali mengatakan independensi ekonomi adalah saah satu pilar peradaban modern Islam. "Peradaban yang memberikan kemakmuran kepada seluruh masyarakatnya. Bukan peradaban yang selalu bergantung kepada orang lain," [13]

 Umat ini, menurut dia, sesungguhnya berada pada posisi untuk tidak bergantung secara ekonomi. Kita dapat menengok dunia Islam dari barat hingga timur. Semua berada pada posisi strategis secara ekonomi. Dari pertambangan, pertanian dan kelautan ada pada negara-negara mayoritas muslim.

 "Sayangnya, najis-najis kehidupanlah yang menjadikan potensi itu tidak teroptimalkan, bahkan tersia-siakan. Najis-najis inilah yang perlu di "zakatkan" atau disucikan (tazkiyah). Sebab najis-najis inilah yang menjadikan semua itu kotor. Kotor pemikiran dan prilaku sehingga potensi perekonomian itu menjadi bencana bagi umat," ujar dia.[14]

 Dia mekakai kata "najis" yang merusak potensi ekonomi itu karena sejatinya najis itulah yang menumbuhkan prilaku korup dalam pengelolaan potensi ekonomi itu. Najis itu adalah ketamakan, kerakusan, dan cinta dunia berlebihan yang mengantar kepada prilaku kapitalis. Di sinilah zakat memiliki makna moral untuk memerangi keserajahan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun