Setiap mendengar kata musim semi di Jepang, kebanyakan orang-orang mungkin akan berpikir tentang bunga sakura yang bermekaran dengan indah. Siapa sih yang tidak suka dengan bunga sakura? Dulu sebelum aku pergi ke Jepang, aku juga ingin banget melihat bunga sakura karena terpengaruh dengan anime.
Pertama kali datang ke Jepang beberapa tahun yang lalu dan tiba di Kansai International Airport pada awal bulan April, aku cukup terkejut dengan suhu di luar bandara yang cukup dingin. Kemudian, aku naik taksi untuk menuju ke asrama tempat aku tinggal.
Aku masih ingat, di tengah perjalanan, supir taksi nya bilang ke kami dengan bangga, "Lihat-lihat, itu bunga sakura, cantik ya?".
Pertama kali aku lihat bunga sakura, aku seneng banget, gak nyangka baru sampai di Jepang sudah bisa langsung lihat bunga sakura! Dan, tak lupa aku segera ambil foto bunga sakura dengan hp-ku.
Musim semi di Jepang identik dengan tradisi hanami, yaitu kegiatan menikmati keindahan bunga sakura yang sedang bermekaran.
Sebelum coronavirus pandemik ini, setiap tahun, teman-teman di kampus dan di lab-ku selalu mengadakan welcome party sekaligus hanami. Di sela-sela party, aku dan teman-teman ku biasa hunting foto-foto bunga sakura di sekitar kampus ku.
Beberapa tahun pertama tinggal di Jepang, aku selalu senang saat musim semi akan datang dan selalu berburu foto-foto sakura di tempat-tempat yang berbeda.


Nah, semakin lama tinggal disini aku merasa agak khawatir saat mulai pergantian musim dingin ke musim semi, sekitar pertengahan bulan Februari sampai bulan April. Alasan utamanya karena tubuhku yang alergi terhadap serbuk bunga yang muncul pada awal musim semi, gejala ini disebut hay fever atau dalam bahasa Jepangnya disebut kafunsho.