Mohon tunggu...
Febi M. Putri
Febi M. Putri Mohon Tunggu... Dokter - Penulis Paruh Waktu

Berkreasi, berefleksi, berbagi pengalaman

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

Menjadi Stoik untuk Mental yang Lebih Baik

16 Juni 2022   11:59 Diperbarui: 29 Juni 2022   04:09 1211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi hidup menjadi stoik (Sumber: shutterstock)

Ada hal baru yang aku pelajari akhir-akhir ini yakni tentang bagaimana menjadi stoik. 

Stoisisme adalah salah satu ajaran filsafat yang aku dapatkan setelah membaca buku Filosofi Teras karya Henry Manampiring. Wait, filsafat? 

Beberapa dari kamu mungkin antipati ketika mendengar kata filsafat. Wajah bapak tua dengan janggut beruban serta tumpukan buku dengan teori membosankan langsung terbayang ketika mendengar kata ini.

Eits, tapi tunggu dulu, karena stoisisme ternyata sangat relevan untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Terutama untuk menjaga kesehatan mental. Penasaran?

Ajaran stoisisme bermula kira-kira sejak 300 tahun sebelum Masehi (atau sekitar 2.300 tahun yang lalu) dan dibawa oleh seorang pedagang kaya bernama Zeno yang dalam perjalanannya terdampar di Kota Athena. 

Di sana, Zeno mulai tertarik belajar filosofi dari filsuf-filsuf yang ditemuinya. Kemudian, mulailah ia mengajar filosofinya sendiri secara rutin di sebuah teras berpilar (dalam Bahasa Yunani disebut stoa). 

Sejak saat itu para pengikutnya mendapat julukan "kaum stoa" dan ajarannnya disebut "stoisisme". 

Di masa-masa selanjutnya ajaran ini dikembangkan lagi oleh para filsuf lain mulai dari Yunani sampai ke kaisaran Romawi.

Stoisisme mengajarkan manusia untuk senantiasa menerapkan kebajikan yang berdasarkan prinsip ini ada empat kebajikan utama yakni bijaksana dalam mengambil keputusan, adil dalam memperlakukan orang lain, berani berpegang pada prinsip yang benar, dan mampu menahan diri dari emosi negatif. Selain itu, ilmu filsafat ini sangat universal, bahkan sebetulnya sangat relevan dengan kepercayaan apapun.

Salah satu prinsip fundamental yang ada dalam ajaran ini dan sekaligus yang paling menarik menurut saya adalah prinsip "dikotomi kendali" (dichotomy of control). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun