Mohon tunggu...
Febi M. Putri
Febi M. Putri Mohon Tunggu... Dokter - Penulis Paruh Waktu

Berkreasi, berefleksi, berbagi pengalaman

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kisah Nyata: Dokter Inspiratif nan Sederhana

10 Januari 2022   21:16 Diperbarui: 11 Januari 2022   20:53 536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

NB: Tulisan ini berdasarkan pengalaman pribadi yang aku tulis pertama kali di tahun 2015 saat masih menjadi mahasiswi Fakultas Kedokteran. Aku posting kembali dengan sedikit modifikasi bahasa tanpa merubah konten. Semoga bermanfaat :)

***

"Assalamualaikum, Dok. Saya Febi mahasiswi fakultas kedokteran. Saya dari tim buletin fakultas ingin mewawancarai Dokter untuk kolom tokoh inspiratif di buletin. Apakah Dokter berkenan?" Segera kukirim pesan singkat itu ke seorang dokter yang juga merupakan dosen favorit di kampusku. Aku sangat berharap bisa mewawancarainya secara langsung dan mengetahui tentang kisah hidupannya yang inspiratif. Aku yakin ini akan menjadi rubrik yang sangat menarik untuk edisi mendatang di buletin fakultas.

Berjam-jam kutunggu, namun balasan SMS tak kunjung datang. Huft, baiklah... Sabar, Febi, sabar... batinku. Akhirnya, balasan SMS itu datang juga di larut malam.

"Waalaikumsalam, Febi. Syukran katsiir untuk tawaran wawancaranya. Saya kebetulan tidak datang ke kampus hari ini karena flu dan batuk subfebril. Wassalam." Berikut isi pesannya. Syukurlah, ada balasan. Walaupun tidak ada kata mengiyakan tawaran, namun setidaknya tidak ada kata menolak.

Beberapa hari berikutnya, aku dan kawanku dari tim buletin menemui langsung dosen tersebut. Tanpa basa-basi, aku langsung menceritakan maksud kedatangan kami dan menanyakan kesediaan beliau untuk diwawancara.

"Begini, Feb, saya bukannya tidak mau, tapi kalau untuk rubrik tokoh inspiratif rasanya saya bukan orang yang pas. Kalau mau nanti saya carikan dosen lainnya, ya. Atau kalau mau wawancara bolehlah, tapi bukan untuk rubrik tokoh inspiratif, ya," tolaknya dengan halus.

Yah... batinku. Pupus sudah harapanku. Padahal kan niatnya baik, membagikan pengalaman hidupnya untuk menjadi inspirasi dan motivasi bagi yang membacanya.

"Saya bukannya kenapa-kenapa. Saya cuma takut... mengganggu nawaitu," sambung Dosenku lagi.

Hatiku berontak sendiri, Dok, sedikit aja kok, Dok. Nggak semua bakal di-ekspos. Kalau ada bagian yang nggak diizinin buat di-publish aku juga nggak bakal berani publish. Aduh... InsyaAllah nggak bakal ganggu nawaitu kok, Dok. Aku jadi gemas sendiri.

Setelah berdiskusi sekitar lima belas menit, beliau akhirnya setuju untuk diwawancara dengan perjanjian bukan untuk rubrik tokoh inspiratif. Okay fine, padahal rubrik tokoh inspiratif itu menjadi tanggung jawabku. Tapi tak apalah, aku akan mengulik seputar pendapat beliau mengenai kuliah dan organisasi saja. Kuliah lagi, organisasi  lagi. Bosan... tapi mau gimana lagi?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun