Mohon tunggu...
Febe Debora Sinlaeloe
Febe Debora Sinlaeloe Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang ASN Kemenkeu

Baru tertarik belajar menulis di tengah 'barriers' yang sulit dihindari..

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menghadapi Tantangan: Mengubah Jarak 50 KM Menjadi 5 KM

9 Mei 2022   17:59 Diperbarui: 18 Oktober 2023   09:34 880
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok pribadi: bersama mobil tua kesayangan

Hidup itu penuh tantangan dan tidak selamanya berjalan sesuai dengan yang kita inginkan.  Seringkali kita akan menemukan kejutan di tiap tikungan, dan untuk itulah bila ingin tetap survive, kita harus siap menghadapi apapun dalam hidup, Mungkin saja saat ini kita terlalu lama berada di zona nyaman, sehingga kehidupan serasa berjalan hambar karena setiap hari tidak lagi menemukan hal-hal baru yang membuat jiwa kreativitas kita bergejolak.

Hal ini yang juga saya alami, setelah lebih dari 7 tahun bekerja di satu tempat yang sama pada posisi terakhir.  Pekerjaan saya di posisi terakhir  memang cukup menyenangkan, ditambah lagi jarak dari tempat tinggal ke tempat kerja hanya sekitar 5 KM dan dapat ditempuh paling lambat 15 menit, jadi total jarak tempuh sekitar 10 KM pulang pergi.  Namun sesuai tradisi yang ada di organisasi tempat saya bekerja dimana mutasi rutin selalu dilakukan secara berkala,  saya tahu bahwa saya akan segera mengalami mutasi karena saya sudah terlalu lama berada di satu tempat. Untuk itu saya sudah menyiapkan diri dalam menerima kejutan, namun ketika saat itu tiba  tak urung ternyata mutasi itu tetap membuat saya terkejut. Ya, karena ternyata tempat kerja yang baru cukup jauh ditempuh pulang pergi dari tempat tinggal yaitu sekitar 50 KM pulang pergi dan lokasi kantor di Jakarta Selatan yang terkenal macet banget, dan saya biasanya mengendarai mobil sendiri. I'm a woman and I know I have to be strong!

Pertama kali berangkat ke kantor yang baru, oh my God… rasanya jauh sekali dan perjalanannya terasa sangat melelahkan. Sesampai di rumah setelah pulang kantor, badan terasa rontok dan seolah tidak bisa lagi beraktivitas di rumah selain beristirahat. Saya sempat hampir menyerah, karena rute yang saya lewati cukup macet dan kata orang merupakan ‘jalur neraka’ daerah Jakarta Selatan. Walaupun saat itu masih dalam masa pandemi,  sekitar minggu terakhir bulan Agustus 2021 dan bisa dikatakan agak sepi, tapi tetap saja cukup padat dan terasa melelahkan. Namun setelah beberapa hari dijalani dan terasa menyiksa, saya mulai membiarkan pikiran positif saya bekerja dan menemukan ada sebuah tekad yang timbul bahwa saya pasti bisa mengatasinya. Yes!! Babak baru harus dimulai…

Apa langkah-langkah yang saya lakukan?  In my mind, secara mandiri saya mulai menyusun tahapan yang saya lakukan dan menambahkan pada tahapan berikutnya, sebagai berikut:

1.   Panjatkan doa dan bersyukur 

Saat berada di balik kemudi untuk berangkat bekerja, tak lupa kembali memanjatkan doa dan bersyukur kepada Tuhan masih diberikan pekerjaan, dan tentunya kesehatan dalam mencari nafkah dan memohon kekuatan dalam menjalani hari ini. Bersyukur lokasi kantor masih di Jakarta, memiliki kendaraan dan sekaligus bisa mengendarainya. 

2.  Lakukan positive self-talk 

Self-talk adalah cara kita berbicara atau berdialog dengan diri sendiri, atau suara hati kita. ­Tanpa kita sadari kita sering melakukannya, namun tak jarang ada kalimat negatif yang kita pikirkan. Ternyata self-talk bermanfaat untuk kesehatan mental, jika melakukan self-talk  yang positif. Mulai membiasakan diri menggunakan kalimat positif, karena positive self-talk ternyata dapat memengaruhi pikiran, perasaan, dan perilaku diri sendiri yang selanjutnya dapat mengarahkan kita untuk mengambil keputusan yang tepat dalam hidup.

3.  Temukan rute perjalanan yang menyenangkan

Mencari rute perjalanan baru ke kantor yang berbeda dari biasanya yang menyenangkan, dengan menggunakan aplikasi navigasi GPS, dan temukan rute favorit. Saya biasanya menggunakan Waze, dan saya menemukan rute favorit yang membuat saya merasa ‘keren’, karena saat plat mobil sesuai dengan sistem ganjil genap, saya bisa melenggang melewati rute Thamrin-Sudirman-Blok M dan seterusnya sampai di kantor. Hal yang menambah rasa senang adalah ternyata rute perjalanan ini mempersingkat waktu tempuh ke kantor, karena lebih cepat 15-20 menit dari rute biasa yang melewati ‘jalur neraka’. That’s cool isn’t it?

4.  Nikmati dan temukan hal-hal baru sepanjang perjalanan

Sambil mengemudi, kita bisa menikmati hal-hal atau suasana baru yang berbeda setiap hari yang ditemui sepanjang perjalanan. Saya menikmati suasana gedung pencakar langit yang megah sepanjang jalan Thamrin-Sudirman, ikon-ikon Jakarta seperti Monas dan Patung Selamat Datang saat melewatinya, yang entah kenapa saya tidak pernah bosan bahkan menimbulkan kebahagiaan tersendiri setiap kali melihatnya. Saya juga menikmati tayangan iklan yang menarik melalui billboard digital raksasa yang menempel di gedung-gedung bertingkat.  Demikian juga untuk jalur lainnya yang harus dipilih apabila terkena sistem ganjil genap, saya mencoba menghafal nama-nama jalan atau gedung yang sebelumnya tidak saya ketahui.

5.  Putar lagu yang menggugah semangat

Putar lagu-lagu favorit dari youtube atau kanal lainnya, yang memberikan semangat atau bisa menggugah perasaan positif sepanjang perjalanan, kemudian nyanyikan lagunya serta resapi. Rasakan kebahagiaan yang datang  dan  dapat mengubah hati serta cara pandang kita. Saya sendiri lebih memilih lagu-lagu rohani yang mampu meningkatkan rasa syukur kepada Tuhan dan memohon Tuhan menyertai perjalanan saya. Salah satu lagu favorit saya diantaranya adalah lagu ‘Tak Berhenti Percaya’, dimana lagu ini membuat saya merasakan kehadiran Tuhan dalam perjalanan saya.  Liriknya seperti di bawah ini :

                                  Tak sekalipun melupakanku

       Kau menuntun langkahku 

       Ku tak pernah sendiri

       Kau tak tinggalkanku

       Ku tak akan pernah menyerah

       Sampai kulihat Kau bekerja

       Kupercaya mujizat kan nyata

       Ku tak kan berhenti percaya

6.  Anggap sebagai kesempatan meningkatkan kompetensi mengemudi

Semakin jauh jarak tempuh yang dijalani setiap hari, dapat menambah jam terbang dalam mengemudi. Hal ini tentu saja dapat melatih kompetensi, memberikan tantangan bagi diri sendiri dengan cara menghitung kecepatan mengemudi dalam batas waktu yang ditentukan sendiri. Saya merasakan semakin hari kompetensi mengemudi saya semakin meningkat, karena saya bisa memainkan pedal kompling, gas dan rem secara otomatis, dalam kecepatan yang sesuai kondisi yaitu rata-rata 50 KM per jam di jalur Thamrin-Sudirman. Walaupun kendaraan saya berjenis manual, tetapi saya merasa itu tidak berat namun terasa ringan dan menyenangkan. Apalagi saat melintas di jalan layang non tol Pangeran Antasari Blok M yang berliku-liku, bila kondisi jalanan lengang karena melawan arus saat pulang kantor, saya bisa merasakan adrenalin saya meningkat saat (kadang-kadang) bisa  mengemudi dalam kecepatan yang agak tinggi. Wow.. amazing bagi saya.. sst jangan bilang-bilang..LOL

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun