Mohon tunggu...
F Daus AR
F Daus AR Mohon Tunggu... Freelancer - Narablog

Penggerutu

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Buku Puisi yang Membunuh 50.000 Kata di Rak Buku (Bagian 1)

25 Januari 2020   09:34 Diperbarui: 25 Januari 2020   09:57 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. Pribadi (2020) Template: Canva

Itu buku kumpulan puisi dan esai pilihan Octavio Paz (Bentang: 2002). Diterjemahkan Arif B Prasetyo dari Octavio Paz: Selected Poems (Penguin Books, 1979), The Other Voice: Essays on, Modern Poetry (Harcourt Brace, Jovanovich, 1991) dan dari Nobel e-Museum. Gambar sampul oleh Agus Suwage dan didesain oleh Buldanul Khuri.

Di buku ini, selain puisi, juga ada pidato Paz sewaktu dianugerahi Nobel Kesusastraan tahun 1990. Puisi sebagai suara yang lain, menurut Arif yang juga membubuhkan pengantar bukanlah latar puisi Paz, sebagaimana yang diakui Paz sendiri, suara yang lain itu merupakan kesaksian tersendiri dalam lingkupan arus sejarah.

Masih di tahun 2003, enam bulan lebih awal, Pembawa Matahari (Bentang: 2002) karya Abdul Hadi WM. Buku ini merupakan Seri Pustaka Puisi dari Bentang yang fokus menerbitkan penyair terkemuka Indonesia. Tentu ada banyak penerbitan seri ini, namun hanya ini satu-satunya yang saya beli.

Keinginan membaca puisi Abdul Hadi WM karena terpantik dari namanya, akronim WM yang berarti Wiji Muthahari membawa asosiasi ke nama filsuf Murtadha Muthahhari. Abdul Hadi memang kerap dilabelkan dengan puisi bernafas sufisme. Di buku kumpulan esainya, Kembali ke Akar Kembali ke Sumber (Pustaka Firdaus). Lupa tahun terbit dan buku itu juga lupa entah di mana. Abdul Hadi banyak mengupas karya sastra yang lekat dengan nafas sufistik.

Sama halnya di buku puisi Pembawa Matahari, Abdul Hadi menampilkan larik yang dalam sebagai pengantar menuju ke pemikiran asal muasal kejadian dan penciptaan.

_

Setahun berselang, di tahun 2004 saya menjumpai Golf untuk Rakyat (Bentang: 1994). Kumpulan puisi Darmanto Jatman yang disatukan dari buku puisi yang telah terbit terpisah yakni Bangsat (12 puisi), Sang Darmanto (12 puisi), Ki Blakasuta Bla Bla (19 puisi),  Karto Iya Bilang Mboten (12 puisi), dan Golf untuk Rakyat (10 puisi). Oleh penerbit memilih judul terakhir sebagai judul kesatuan atas pertimbangan judul itu mewakili keberpihakan penyair pada situasi sosial.

Menilik tahun terbit dan tahun-tahun Darmanto menuliskan puisinya, bentuk puisinya unik dan campur aduk. Penggunaan bahasa Inggris, Indonesia dan Jawa melebur. Poros puisi semacam ini memang lebih baik jika dideklamasikan dan menikmati bagaimana sang penyair bemonolog di panggung.

Era Darmanto berjejak dimulai di medio 70 an. Karier akademisi berjalan seiringan membacakan puisi-puisinya di sejumlah tempat. Utamanya di TIM. Di zamannya, ia disebut sebagai salah satu pendekar puisi.

Nama Kuntowijoyo sudah akrab sebagai pemikir kebudayaan. Corak pemikirannya sering dibahas dan dijadikan patokan di meja diskusi dan obrolan di kalangan teman sejawat di tahun 2004. Selamat Tinggal Mitos Selamat Datang Realitas, buku kumpulan esainya sudah saya baca setahun sebelumnya.

Heran saja melihat buku puisi tipis berjudul Isyarat (Pustaka Jaya: 2000. Cet. Ketiga) seharga 7.000. Kuntowijoyo penulis buku puisi itu. Berdasarkan tahun terbit, rupanya cetakan pertamanya di tahun 1976. Tapak tahun yang menunjukkan jika Kuntowijoyo telah lama memulai jalan sastra.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun